Penghujung penantian
…
Puisi Sedih adalah kumpulan puisi pendek tentang kesedihan karena cinta, sedih untuk orang-orang tercinta. Tapi ingat jangan sedih berkepanjangan karena malah jadi penyakit, baik moril, spirituil atau fisik.
Kutipan Kata Sedih bergambar di atas berjudul Penghujung penantian karya anonym
Sebelum terlalu larut dalam kesedihan, ada baiknya mensyukuri apa yang ada, bisa lewat puisi tentang ibu atau puisi tentang ayah ini.
Akan tetapi rasa sedih yang mampu disalurkan dengan baik akan menjadi model terapi masa kini yang cukup efektif justeru untuk keluar dari depresi. Kita tahu keadaan memang sedang tidak baik-baik saja, semua serba sensitif, terutama jika musibah menghampiri. Namun kami mengajak semua jiwa-jiwa yang sedih, untuk menuangkan seluruh keresahannya. Kedalam [keyword].
Berada di tempat yang penuh duka
Separuh nafasmu kau serahkan untuk mereka
Siang dan malam yang berdarah-darah
Demi keselamatan mereka
Mengaliri mereka dengan cairan infus
Bergelut dengan bakteri dan virus
Kelak siapa lagi yang mengurus
Demi keselematan mereka
Keselamatan demi keselamatan untuk mereka
...
pukul dua belas malam tadi
februari pulang dengan langkah gontai
memberikan tempatnya untuk maret
yang pandai merahasiakan perihnya sendiri
februari yang lapang dada
pernah berada dalam mimpimu
yang memejamkan cemas
merebahkan kekhawatiran
februari juga pernah menjadi bentuk peluk atau basah cium yang menghangatkan...
Hujan malam menerpa
menetes di sela jendela
Suram menepi ke jiwa
hidup seolah tak bahagia
Aku tak ingin rindu
meski sesak di dadaku
Dunia penuh bayangmu
menghantui setiap waktu
Rasa ini terlalu dalam
terasa sulit untuk diredam
Langitku semakin suram
hanya...
Gelap malam bicara sunyi
Seolah tau isi hati
Ku baca lagi bait ini
Dan imajiku melayang tinggi
Melesat mengangkasa
Lepas dari dekapannya
Namun nyatanya,
Jiwaku terikat
Ragaku masih terbelenggu
Di hantui ketidakpastian
Dayaku hanya mampu bertahan
Bisakah ini berakhir?
Aku...
Maafkan ingkar dari semua janji ku
Maaf tak datang lama menunggu
Maafkan luka goresan cintaku
Maaf tak ku obati bertambah pilu
Sakit mu tak lagi lirih
Tinggal sakit ku semakin perih
Tinggalkan aku biar nestapa
Mengenang kisah sebatang kara
Jalan terjal telah kau lalui
...
Terlalu jauh jarak pandangmu akan mata hati
Di banding luas jagat Bima Sakti
Aku masih tersakiti
Menatap sedih dari jendela abu persegi
Menahan diri langkahkan kaki
Memilih menetap dikamar tengah pandemi
Kaprikonus
Yang seharusnya tak harus
Menyicip apa itu sebuah kama
Hingga...
Nampaknya kau cukup sibuk belakangan ini
Mengurusi suami yang baru kau kawini
Aku tak hendak mengganggumu, manis !
Mencampuri rumah tanggamu yang nampak harmonis
Hendaknya aku memberi tahu mu hal yang penting bagiku
Perihal nasibku selepas perkawinan mu
Bagaimanapun aku ini mantan kekasih mu
...
Sampai detik ini
Apa yang aku ucapkan tak pernah bosan
Aku ucapkan dengan sebuah kejujuran
Tak pernah terlintas sedikitpun kebohongan
Apalagi muncul niat sebuah kegombalan
Karena alasan apa aku selalu mengucapkannya?
Yang aku pikirkan adalah apa yang aku ucapkan
Mudah-mudahan menjadi sebuah Do’a
Do’a yang tak pernah...
Ini benar nyata bagiku
Saat sendu tak lagi berlabu
Saat awan tak lagi kelabu
Saat haru menyeruak di kalbu
Tuhan..
Tak sedikitpun ingin ku berpaling
Dari duka yang kian hebat
Yakinku tetap tak tertanding
Pertolonganmu tak pernah datang terlambat
Di tengah malam yang sunyi,
Aku berdiri sendirian,
Bayangan gelap menyelimuti,
Hati yang sunyi merindu kehangatan.
Langit gelap tanpa bintang bersinar,
Hanya sepi yang menemaniku,
Di ujung jalan yang tak berujung,
Aku merenung dalam kesendirian.
Sendiri bukanlah pilihan,
Namun takdir telah memisahkan kita,
Malam terasa begitu panjang
Dengan kecamuk dikepalaku yang tak kunjung padam
Semuanya tentang mu
Semuanya tentang keadaan yg membuatku terus dipaksa menerimanya
Antara aku, kamu dan retisalya ku
Tentang Masa lalu mu yg kian membuatku tak bisa mempercayai nya
Kata mu terus terulang di akalku
Ketika malam tiba
Ku lihat bintang yang terang di langit
Bintang yang terang menyinari
Mata dan hatiku
Tetapi tidak dengan perasaan
Dan fikiranku yang gundah gulana
Kulihat daun yang melambai -– lambai
Seakan – akan daun itu memanggilku
Ku pegang daun itu
Dan...
Sambil senyum, kau ucap salam depan pintu.
Keringat masih ada di keningmu saat kepulanganmu.
Kelelahan terlihat pada gerak gerikmu.
Bapak, istirahatlah.
Jika kau lelah biarkan aku yang menggantikan perjuanganmu.
Senyumanmu membuat aku hilang arah,,
Matamu seperti ingin menerkamku,,
Logatmu mengingatkanku akan dulu,,
Sifatmu yang berubah tak merubah apapun,,
Keberadaanmu mengganggu ku,,
Namun aku senang,,,bahkan sangat senang,,
Karena gangguanmu,,menjelaskan segala yang ada pada ku,,
Mengoreksiku,,,merobek satu persatu,,
Hingga berantakan.
kala tubuh ini terpuruk,,
mungkin hanya harapan dan angan-angan yang tersisa,,
walau hanya seiris,,
tapi Tuhan katanya menginginkan kita,,
walau kita penuh dosa,,
Tuhan ingin kita taubat,,
Ingin kita kembali ,,,
kejalanNya,,
jalan yang sangat damai dan tidak terpuruk
OMBAK YANG DERAS DAPAT…?
MENGHILANGKAN BENIH-BENIH CINTA DAN SERPIHAN RINDUNYA….
TETAPI TIDAK DENGANKU
AKU DISINI MERINDUKANMU YANG DISANA
KU YAKIN OMBAK YANG DERAS
ITU TAK AKAN BISA MENGHILANGKAN BENIH-BENIH CINTA DAN SERPIHAN RINDUKU
UNTUKMU
Hujan sederas ini kemana kau pergi ?,
Tak seperti biasa kudengar suaraku sendiri,
Bisik yang entah menyampaikan apa,
Percakapan aku dan diriku yang hanya menghitung lubang-lubang luka.
Tiada lagi gema kataku yang kembali lewat bicaramu,
Atau pecah tawamu menyahut gurauku,
Tiada lagi dingin amarahmu,
...
I try to stop my thoughts
Say, “I need someone to hold.”
Could you cry for me
If I wasn’t in homie
Could you crying
If I’m dying
Wake up with tears
Cause I’m no longer here
Hold me tight tonight
I’m tired...
Si pengobral janji
Demi kursi di bawah partai
Berkolaborasi memiskinkan negeri
Kepercayaan kami “KAU” nodai
Setelah berjas dan berdasi
Masihkah punya hati
Atau memang sudah mati
NKRI harga mati
Jadi polemik anak negeri
Jangan salahkan kami
Wahai ibu pertiwi
...
naifmu kerap menumbangkan harap
yang kususun dalam riuhnya sunyi
mempasikan tiap laju darahku
kala mengingat garis wajah yang kau gores
dalam kanvas waktu dengan bintang yang paling cemerlang
yang kerap menyegarkan cerita yang kutanam dalam baris abjad
kusudahi puisiku bukan karena kutak jeli
...
Sabda malam ini sunguh mendayu-dayu,
Sehingga kulit jemariku bergeliak ingin menulis sebuah kata,
Aliran tangan yang mengikut susunan hati,
Tak kala ia mengikut perasaan,
Coretan batinku tak terbendung dengan amarah,
Bergetar tanpa segan,
Fikiran diawang-awang gundah gulana,
Di dalam jurang antara tirisan akar perasaan,
Dingin malam menghampiri
Menyusup mengintervensi
Batas ruang elegi
Memaksa otak dan hati
Untuk tidak bersinergi
Ya, otak ingin berjalan sesuai realiti
Namun hati
Sedikitpun tak mau berkompromi
Hati ini berpegang teguh pada janji
Walau apa yang terjadi
Walau logika tak lagi terselami
Di kehampaan mengambang rasa,
Harap yang meluap jadi bunga duka,
Terkoyaklah hati dalam kecewa,
Terlalu lama mempercayai tak terduga.
Harapan menjelma menjadi debu,
Mengendap perlahan dalam kesal,
Bertabur rasa yang pernah membara,
Kini tinggal reruntuhan di dada.
Terperangkap dalam ilusi palsu,
Membayangkan cinta...
Sepasang Hati
Oleh: Leonardo Masus Turnip
Harus kemana hati ini berlabuh
Saat yang dituju enggan membuka hati
Harus kemana cinta ini kusemaikan
Saat yang diharap menutup hati
Mungkinkah perasaan akan selalu tertolak?
Mungkinkah cinta akan selalu dikandaskan?
Jangan hancurkan hati
Meski hati mampu mengobati...
Jika menurut kalian tidak akan berhasil maka mari sejenak merenungkan yang lebih jauh lewat puisi islami, La Tahzan.
Apabila telah merenungkan hakikat kehidupan, kami rasa akan lebih mudah menuangkan keresahan. Kategori ini ada sebagai wadah menyalurkan segala kepenatan hati, sedihnya kita menghadapi sesuatu pengalaman, kepedihan yang tak terbantahkan dan tak terkira. Seperti saat pandemi 2020, kesedihan seluruh umat manusia terasa serempak seluruh dunia. Namun itu tak menghalangi mereka berkarya lewat puisi tentang corona.
Dalam dunia percintaan, kesedihan justeru kerap kali menghampiri, tapi anehnya seolah tak lelah kita disakiti. Jatuh dan bangun lagi, seperti sedang di otomatisasi. Kesedihanku menjelma jadi mutiara-mutiara indah dalam puisi tentang cinta yang berkilauan sepanjang derai air mata.
Ayo kita sama-sama menguatkan satu sama lain, karena itulah sejatinya manusia, ada untuk satu sama lain. Pertanyaan yang bagus untuk kita lontarkan pada diri sendiri, apakah kita sudah punya motivasi yang cukup untuk menjadi penyemangat?. Jawabannya bisa kalian temukan pada makna paling dalam dari puisi sedih.