Puisi Frans Elka Saputra Berjudul Puisi Terakhir 4 Bait 19 Baris

F
Puisi Terakhir
© Frans Elka Saputra
Kekasihku,
Maafkan aku
Jika telah meneteskan air matamu
Namun apalah dayaku
Yang kini telah terbujur kaku
Kekasihku,
Jujur aku tak ingin pergi
Meninggalkanmu disini sendiri
Namun ini telah menjadi takdir illahi
Semua harus berakhir seperti ini
Kekasihku,
Ingatlah namaku disetiap doamu
Lantunkanlah kalimat- kalimat suci itu
Tuk jadi penerang jalanku
Menghadap Tuhanku
Kekasihku,
Semoga suatu saat nanti
Kita akan bertemu lagi
Disurga sang Illahi
Puisi ‘Puisi Terakhir’ berhasil menyampaikan nuansa kesedihan dan kehilangan dengan sangat kuat. Melalui pengulangan frasa ‘Kekasihku’, penulis menciptakan ikatan emosional yang mendalam antara penyair dan objek kasihnya. Struktur yang sederhana namun menyentuh hati ini memberikan kesan bahwa perpisahan adalah sebuah takdir yang tidak terhindarkan. Di sisi lain, keindahan bahasa dalam puisi ini terletak pada penggunaan kalimat yang lugas dan langsung, meski terkadang terasa klise. Keaslian ide mengenai perpisahan yang bersifat spiritual dan harapan untuk bertemu di akhirat merupakan tema yang universal dan relevan, meski mungkin tidak sepenuhnya baru. Namun, kedalaman makna puisi ini cukup memuaskan, mengajak pembaca untuk merenungkan tentang cinta yang abadi meskipun terpisah oleh waktu dan ruang. Sayangnya, elemen kejutan dalam puisi ini kurang terasa, karena tema dan gaya penulisan yang digunakan cukup umum dalam puisi-puisi bertema cinta dan kehilangan. Secara keseluruhan, puisi ini adalah sebuah karya yang menyentuh, meski masih ada ruang untuk eksplorasi yang lebih dalam.