Rindu Serupa Aku
…
Puisi Danny Faldy bergambar di atas berjudul Rindu Serupa Aku karya Danny Faldy
Hujan yang mengguyur sesaat,
Menyisakan genangan dalam keheningan
Duduk di depan serambi depan.
Katanya memecah kesunyian;
Tapi biarlah sunyi,
Biarlah kujaga malam ini.
Aku ingin sendiri,
Menuliskanmu seperti ini.
Mengusir rindu yang menghujani hati
Meski di luar hujan telah terhenti.
Sudahlah, hujan...
Jika suatu hari nanti, aku tak sanggup lagi.
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau telah hembuskan nafas imagi
Jika suatu hari nanti, aksaraku tak terbaca lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau masih tetap sebuah inspirasi
Kelak, jika suatu hari nanti, impianku tak kekal abadi
akulah peziarah sunyiyang berlutut di pusara senja
meletakan seikat kamboja di atas makam kenangan
bertuliskan rindu di lusuhnya punggung nisan
“bisikmu cinta…”
aku tak benar” meninggalkanmu
semayamkanlah aku di hatimu
agar kau tau rasa yang berpendar hangat dalam qalbuku
kala pawana berdesir melampaui wajahmu
Dalam doa malam;
Kau menjelma denyut-denyut jantungku
Yang dengan sabar bertahan
Terhadap rasa sakit yang entah batasnya
Yang setia mengukir rahasia-rahasia cinta
Yang tak putus-putusnya berima bagi hidupku
Aku mencintaimu, hingga tumbuh sebuah rindu
Itu sebabnya, aku tak pernah usai merapal doa untukmu
Ia duduk bersimpuh di atas bukit
Memandangi sekitar, dari luasnya savana
Ia rebahkan badannya, diatas rumput-rumput
Hingga tak terlihat oleh ilalang yang menjulang
Ia terpejam,
Oleh hembusan angin
Matahari yang bersinar muram
Dan siulan burung-burung di atas dahan
Ia benar-benar terpejam
Ketika...
Pada undakan anak tangga kelima
Seorang perindu duduk menatap awan senja
Ia tabah menunggu isyarat yang entah
Tapi kau salah puan…
Jika menganggapku setabah itu
Justru karena tak sanggup menahan rindu
Aku senantiasa mencurahkannya pada aksaraku
Dan sementara di keningnya
Waktu terus melukis kerut...
Aku yang terjaga tengah berilusi
Memandang indah plumeria putih
Meski hanya sekilas bayangmu tersenyum
Menyadarkan aku dalam sebuah imagi
Sesekali kutoreh jingga langit
melukiskan seseorang dalam ingatanku
lantas menyatakan tentangmu dalam sajakku
itulah puan, saat rindu menuju jantungku
Plumeria 2
bagaimana mungkin aku...
Padamu selalu ada kerinduan
Yang menyisa pada sepenggal senja
Dan aku mulai gelisah
Tersebab tak ingin malam cepat menyapa
Padamu selalu ada khayalan
Di saat aku meraba bayangmu
Hingga aku kehilangan
Sebelum dapat memelukmu
Padamu selalu ada cerita
Ketika jemari saling bertaut
...
Pantai ini telah sunyi
Tinggallah kududuk sendiri
Menatap lautan di garis pantai
Ombak kecil bergantian menggapai kaki
Meninggalkan buih di sela jemari
Disini tulisan” itu kemudian terhapus
Tersapu terbawa ombak dalam arus
Bahkan beberapa kata lenyap
Dipelukan samudera yang senyap
Disini aku masih terduduk sendiri
Pada setiap jejak” kenangan
Yang...
Akulah dermaga,
Menepilah, meski sesaat tak mengapa
Letakanlah riuh risalah disampingku
Bersenandunglah jika itu baik buatmu
Merapatlah, lipatlah megah layarmu
Jatuhkan jangkarmu tepat di jantungku
Hingga rantai itu benar-benar menghujam
Dan tak sanggup kutolak perihnya
Jika telah usai, telah tenang batinmu
...
Lantas, biarlah sementara begini
Tepatnya kan kubiarkan seperti ini
Mungkin hati ini perlu waktu tuk menghapusnya
Karena sesungguhnya aku telah terbiasa oleh keberadaanmu
Dan sesungguhnya ada rindu yang mulai tertata
Karenamupun, kini aku benar-benar tak sanggup mengelabui rasa
…
Laut menghempaskan gelombang
Setinggi gedung-gedung pencakar langit
Hatinya remuk redam
Cintanya pupus tak sesuai harapan
Bahkan ombaknya kencang
Bergulung dan menghempas daratan
Perahu-perahu yang berlayar di atas tubuhnya karam
Pun orang-orang yang berusaha melarikan diri tak luput dari kemarahan
Laut sedang patah hati sayang
Dan hati ini kian saja terasa kelam
Yang pekatnya lebih hitam dari ukiran malam
Sepenggal ragu menggurat asa jika rindu itu tiba
Akankah kita indah seperti jingga saat matahari menua
Gerimis menghantarkan langkahku berlalu
Aku mematung menatap persimpangan jalan berliku
Meski bibir mengatup rapat menahan...
Dengan selembar kertas origami biru
Kutuliskan selarik namamu
Kujadikan sebuah perahu
Perahu biru kulayarkan menuju tempatmu
Yang kusengaja untuk menyentuh hatimu
Tetapi untuk menjelajah hatimu
Aku tak pernah mampu
Hatimu adalah lautan luas
Sedang aku hanyalah perahu kertas
Di samuderamu aku terhempas
Dan pada akhirnya,
Takkan ada lagi sajak-sajak rindu,
Menyadari kenyataan;
jika selama ini ternyata hanya hidup dalam mimpi-mimpinya,
seseorang itu berlalu menutup masa lalu,
separuh tubuhnya kini terbalut debu-debu kenangan,
dan separuhnya lagi merangkul kenyataan.
Aku adalah pemimpi dan kau hanyalah bayangan
Tuhan, aku kelelahan
Selalu dipertanyakan
Kembali diragukan
Untuk yang kesekian
Aku benar-benar lelah
Melabuhkan harapan
Menjangkau impian
Lalu kapan disandarkan
Untuk apa terus bertahan
Diantara riuhnya doa-doa
Yang tampaknya hanya tersia
Sungguh, aku benar-benar lelah