Puisi Danny Faldy Berjudul Plumeria 4 Bait 33 Baris
Plumeria
Aku yang terjaga tengah berilusi
Memandang indah plumeria putih
Meski hanya sekilas bayangmu tersenyum
Menyadarkan aku dalam sebuah imagi
Sesekali kutoreh jingga langit
melukiskan seseorang dalam ingatanku
lantas menyatakan tentangmu dalam sajakku
itulah puan, saat rindu menuju jantungku
Plumeria 2
bagaimana mungkin aku rahasiakan rindu
sedang ia selalu bergemuruh tak menyerah
bagaimana bisa aku berhenti menuliskanmu
jika senyummu bagai sekuntum plumeria merah
dan sesekali kukerat jingga langit
melukiskan seseorang dalam ingatanku
lantas menyatakan tentangmu dalam sajakku
itulah puan, saat rindu menuju jantungku
...
Plumeria,3
Kali ini aromanya bercerita,
Di gugurnya plumeria dari dahan,
Di luruhnya senja menjadi kelam,
Bisiknya,
Ada rindu yang berserakan,
Yang tak sempat terhembuskan,
Ia hanya diam,
Sesekali berterbangan,
Meski jelas tanpa tujuan,
Dalam wanginya,
Dalam hangatnya,
Dalam pekatnya,
Terlebur manisnya cerita
...
Puisi “Plumeria” mengajak pembaca menyelami kedalaman rasa rindu yang terjalin indah dengan simbolisme bunga plumeria. Penggunaan imaji yang kuat, seperti “jingga langit” dan “aroma” yang bercerita, menciptakan suasana yang puitis dan melankolis. Ada kejujuran emosional yang mengalir dalam setiap bait, menggambarkan kerinduan yang tak tertahankan, seolah-olah puisi ini adalah sebuah surat cinta yang tak pernah sampai. Namun, meskipun puisi ini sangat emosional, beberapa bagian terasa repetitif dan bisa lebih dieksplorasi untuk menambah kedalaman. Secara keseluruhan, puisi ini sukses memadukan keindahan bahasa dengan kekuatan emosi yang mendalam, meskipun ada ruang untuk pengembangan lebih lanjut dalam eksplorasi tema dan kejutan. Hal ini membuat puisi ini terasa familiar namun tetap menyentuh hati.