Puisi Ilmi Kurniawati Berjudul Andam Karam 5 Bait 19 Baris
I
Andam Karam
© Ilmi Kurniawati
Di sudut kota menunggumu
Wahai penikmat angka
Kuhitung barisan mobil tua
Tidak sepandai saat dikau menghitungnya
Di sudut kota bersamamu
Sekarang terasa senyap
Tak dapat diriku menatap
Saat dirimu tidam bisa menetap
Bersamamu di langit yang sama
Sebuah lingkaran kenangan lama
Masih bisa berkutik akan rasa
Berbincang mengeni mimpi bagaskara
Berjauhan denganmu
Serasa berbeda alam
Semua yang terukir terasa kelam
Dikubur pada pekatnya langit malam
Aku rasa, Aku tanpamu Andam Karam..
Gunungkidul, 18 April 2020
Puisi “Andam Karam” menggambarkan suasana kerinduan yang mendalam dan kompleks. Penggunaan metafora dan gambaran visual yang kuat, seperti ‘barisan mobil tua’ dan ‘pekak langit malam’, memperkaya emosi yang ingin disampaikan. Penyair berhasil menangkap nuansa kesepian dan nostalgia, menciptakan ikatan yang kuat antara pembaca dan tema yang diangkat. Meskipun terdapat elemen keindahan dalam struktur dan ritme, beberapa bagian puisi terasa agak repetitif, yang sedikit mengurangi daya tarik keseluruhan. Namun, keaslian ide yang mengangkat tema kerinduan di tengah kesibukan kota memberikan warna tersendiri. Kedalaman makna juga cukup baik, menawarkan refleksi tentang kehilangan dan harapan. Sayangnya, elemen kejutan kurang terasa, sehingga puisi ini berjalan dengan alur yang cukup dapat diprediksi. Secara keseluruhan, “Andam Karam” adalah karya yang menyentuh, meski masih memiliki ruang untuk pengembangan lebih lanjut.