Puisi Sapardi Djoko Damono Berjudul Hujan Bulan Juni 4 Bait 13 Baris
S
Hujan Bulan Juni
© Sapardi Djoko Damono
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
(1989)
Puisi ‘Hujan Bulan Juni’ menampilkan keindahan dalam kesederhanaan dan kebijaksanaan dalam kesunyian. Dengan metafora hujan sebagai simbol kesabaran dan kebijaksanaan, puisi ini menyampaikan emosi yang mendalam dengan cara yang lembut namun menohok. Setiap baris seolah mengalir penuh dengan perasaan rindu yang terpendam dan keraguan yang tersembunyi, tetapi tetap tenang dan menenangkan. Penggunaan bahasa yang puitis dan elegan menjadikan puisi ini sebuah mahakarya yang mampu menyentuh hati pembaca. Ide tentang hujan yang bijak dan arif di bulan Juni sebagai personifikasi dari sifat-sifat manusia yang lebih besar dari sekadar fenomena alam adalah sebuah konsep yang orisinal dan menawan. Kedalaman makna tentang kerelaan melepaskan dan menerima apa adanya, serta kebijaksanaan untuk membiarkan sesuatu yang tak terucapkan menemukan jalannya sendiri, menambah lapisan makna yang kaya dan penuh refleksi. Namun, elemen kejutan dalam puisi ini mungkin tidak terlalu menonjol, karena keindahannya terletak pada konsistensi dan kesederhanaannya.