Puisi Karin Roman Picisan Berjudul Tega 1 Bait 7 Baris
K
Tega
© Karin Roman Picisan
Pak, harusnya kau kukagumi..
Sepatutnya kau kuidolakan..
Tapi justru kau hujani kami dengan pukulan..
Kau rampas senyum menjadi tangisan..
Pak, kau imam dalam rumah tangga..
Tapi kenapa kau harus membuat kami
Tak berdaya..
Puisi “Tega” mengungkapkan rasa sakit dan kekecewaan yang mendalam terhadap sosok ayah yang seharusnya menjadi panutan dan pelindung. Melalui penggunaan kata-kata yang sederhana namun penuh makna, puisi ini berhasil menyampaikan emosi yang kuat dan universal. Kekuatan emosi dalam puisi ini terbangun dari kontras antara harapan dan kenyataan, yang terasa sangat menyentuh. Keindahan bahasa yang digunakan juga cukup memikat, meskipun ada ruang untuk eksplorasi metafora yang lebih kaya. Ide yang diangkat tentang hubungan ayah dan anak memang bukan hal baru, namun cara penyampaian yang lugas dan jujur memberikan sentuhan keaslian tersendiri. Kedalaman makna puisi ini sangat terasa, terutama dalam menggambarkan perasaan kehilangan dan pengkhianatan. Namun, elemen kejutan sedikit kurang, karena pembaca bisa menebak arah emosi yang akan dibangun. Secara keseluruhan, “Tega” adalah puisi yang menggugah dengan emosi yang kuat, meskipun masih ada potensi untuk pengembangan lebih lanjut dalam aspek bahasa dan kejutan naratif.