Puisi PencilSpirit Berjudul Pemuda itu 3 Bait 10 Baris
P
Pemuda itu
© PencilSpirit
Pemuda itu gontai didepn mimbar,
Seorang diri menghadap Al-Akbar,
Tenggelam dalam dua rakaat,
Berharap kasih pintu taubat.
Kudengar takbir lirihnya gemetar,
Karena hatinya telah bergetar,
Kantung matanya penuh oleh peluh,
Susah payahnya berdiri atas segala keluh.
Tuhan tundukkan lah kerasnya hati,
Khusnul khatimah diakhir nanti...
Puisi “Pemuda itu” berhasil menangkap emosi mendalam yang dialami oleh seorang pemuda yang berjuang dalam kesendirian di hadapan Sang Pencipta. Gaya penulisan yang sederhana namun penuh makna menciptakan nuansa yang sangat intim. Penggunaan kata-kata seperti ‘gontai’, ‘gemetar’, dan ‘peluh’ memperkuat kesan perjuangan dan harapan yang terpendam. Dia menggambarkan ketegangan spiritual dengan sangat baik, seolah-olah kita bisa merasakan setiap tarikan napasnya. Meskipun puisi ini menyentuh tema yang universal—pertobatan dan pencarian makna hidup—keaslian ide yang disampaikan tetap terasa kuat. Namun, ada beberapa bagian yang bisa lebih dieksplorasi untuk memberikan kejutan yang lebih mendalam, terutama dalam penutupan puisi. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang mengajak pembaca merenung dan merasakan perjalanan batin yang dialami pemuda tersebut.