Puisi PencilSpirit Berjudul Selamat Tinggal Clara 7 Bait 17 Baris

P
Selamat Tinggal Clara
© PencilSpirit
Cukup aku mencintaimu saja dalam diam,
Lalu mematikan seluruh harap dalam dada,
Lantas sebait tanya mengusik benakku,
Pernahkah aku terlintas di pikiranmu saat kau tak rindu aku?
kau lihat jendela yang basah itu,
Manakah yang lebih tabah,
'Hujan Bulan Juni' tuan Sapardi,
Ataukah Hujan Rinduku yang membasahi sajak-sajak saat menuliskan tentangmu,
Selalu ada alasan,
Mengapa aku ingin selalu menjadi bagian dalam hening do’amu,
Selalu itu tentang sebuah pinta akan cinta dan rindu yang takkan lekang,
Jalan ini sepi,
Setelah karnaval pergi,
Tawa tangis melodrama cinta ada disana,
Meriah tersisa cuma jejak2 luka.
"slamat tinggl clara"
Puisi “Selamat Tinggal Clara” berhasil menyentuh sisi terdalam perasaan cinta yang terpendam. Penggambaran emosi yang terjalin antara kerinduan dan kepergian terasa sangat kuat, terutama pada baris-baris yang menggambarkan kesedihan dan harapan yang tak terwujud. Penyebutan jendela yang basah dan perbandingan dengan karya Sapardi menambah dimensi keindahan dan kedalaman puisi ini. Namun, meski ada keindahan dalam bahasa yang digunakan, beberapa frase mungkin terasa klise dan kurang segar, sehingga mengurangi keaslian idenya. Sementara itu, elemen kejutan dalam puisi ini tidak terlalu mencolok, tetapi tetap memberikan rasa yang mendalam. Secara keseluruhan, puisi ini adalah lukisan emosional yang memikat, meski masih ada ruang untuk eksplorasi lebih lanjut dalam hal keaslian dan kejutan.