Puisi PencilSpirit Berjudul Redam 6 Bait 16 Baris
P
Redam
© PencilSpirit
Jika muara adalah pertemuan,
Maka aku rela melewati pipa-pipa toilet,
Untuk mencapai lautan bebas bersamamu.
Sering ku ucap "aku mencintaimu" bukan mksdku mengobral kata itu,
Melainkan hanya itu logika yg mampu kupikir menterjemahkan rasa ini padamu
Kupacu motor tuaku bukan karna terburu,
Melainkan ingin cepat menuju hatimu
Tutup matamu,
Rasakan nafasmu,
Hentikan logikamu,
Lupakan ragu,
Tapi entah kenapa kita diambang binasa,
Bukan karena berbeda,
Tak juga karena usia,
Melainkan dinamika cinta.
Puisi “Redam” menawarkan sebuah perjalanan emosional yang mendalam, menyoroti dinamika cinta yang kompleks. Penggunaan metafora yang kuat, seperti perbandingan antara muara dan pipa toilet, menciptakan kontras yang menarik dan mengundang pembaca untuk merenungkan arti dari perjalanan cinta yang kadang terjal. Ekspresi kerinduan dan ketidakpastian terhadap cinta yang dihadapi, diimbangi dengan ungkapan cinta yang tulus, menggugah emosi. Di sisi lain, meskipun ada keindahan dalam penggambaran, beberapa bagian terasa agak bertele-tele dan dapat disederhanakan untuk meningkatkan kejelasan. Namun, keaslian ide yang ditawarkan cukup menonjol, mencerminkan realitas hubungan modern yang sering kali diwarnai dengan keraguan. Kedalaman makna juga cukup terasa, terutama dalam refleksi tentang perbedaan dan dinamika cinta, meskipun ada potensi untuk eksplorasi yang lebih dalam. Elemen kejutan bisa lebih ditingkatkan, karena beberapa pernyataan terkesan dapat diprediksi. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyentuh hati dan mengajak pembaca untuk merenungkan cinta dalam berbagai bentuknya.