Puisi na28 Berjudul Pusara Biru 6 Bait 27 Baris
n
Pusara Biru
© na28
sore itu langit tengah bersedu
dibawah kukungan payung berdebu
dua tungkai ini melangkah maju
menghadap pusara biru
kasihku terbaring syahdu
dalam pusara itu
lantas sekelibat memori
datang menghampiri
menyerbu bersama pilu
mengundang sendu pada pelupuk mataku
tetes demi tetes membasahi
jatuh menganak sungai di pipi
sisa menyesal tak berkesudah
karna kesempatan pupus sudah
sosoknya yang tersenyum berseri
sosoknya yang baik hati
dan sosoknya yang memeluk tubuh ini
sebelum pergi menghadap ilahi
maaf
aku yang salah
sebab tak pernah mengalah
aku yang salah
sebab selalu berkilah
tak pernah miliki waktu untuk singgah
bahkan hanya untuk bertemu mata
maafkan lah aku
ibu..
Puisi ‘Pusara Biru’ mengisahkan tentang penyesalan seorang anak atas kesempatan yang hilang untuk bersama ibunya yang telah tiada. Penggunaan istilah ‘pusara biru’ menciptakan imaji visual yang unik dan menyentuh, seolah menggambarkan kedamaian sekaligus kesedihan. Emosi dalam puisi ini sangat kuat, ditandai dengan deskripsi yang mendetail tentang air mata yang menganak sungai di pipi. Penyesalan menjadi tema utama yang digambarkan dengan ketulusan dan kejujuran, mengundang empati dan keharuan bagi pembaca. Keindahan bahasa terwujud melalui diksi yang sederhana namun menyentuh, meski di beberapa bagian terasa klise. Dari segi keaslian ide, tema penyesalan terhadap orang terkasih yang telah tiada bukanlah hal baru, namun cara pengungkapannya tetap memberikan kesan mendalam. Kedalaman makna terletak pada refleksi diri dan pengakuan dosa, yang menjadikan puisi ini lebih dari sekadar ungkapan kehilangan. Namun, elemen kejutan dalam puisi ini kurang menonjol, karena alur emosinya cenderung dapat diprediksi. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyampaikan perasaan mendalam dengan bahasa yang indah dan menyentuh hati.