Puisi abudalta Berjudul Memendam Rasa 3 Bait 14 Baris

a
Memendam Rasa
© abudalta
Memendam rasa yang setiap kali berontak membara
Untuk ungkapkannya dengan indahnya kata-kata
Selayak Perjaka memanah Dewi surga akan asmara
Terhalang dinding betis malaikat penunggu pusara
Impian yang terperi di tembok sudut sanubari luka
Kesucian tak lagi terjaga oleh kokohnya dara
Anganku marah-marah tak ada secuil pun jera
Indahnya pesona paras sang hawa yang selalu hiasi
Naluri sejati yang terdamba oleh panglima penuh maki
Dalam sendiri hanya mampu pandangi bingkai diri
Anugerah tak kunjung datang harapan pun janganlah pergi
Namun kelak semua rasa akan tercurah dari isi hati
Agungkan cinta untuk selalu bersama hingga ajal jemput mati
190103
Puisi ‘Memendam Rasa’ menawarkan eksplorasi yang mendalam tentang perasaan terpendam dan impian yang terhalang oleh berbagai rintangan. Dengan menggunakan metafora yang kuat, seperti ‘Perjaka memanah Dewi surga’ dan ‘dinding betis malaikat penunggu pusara’, penulis berhasil membawa pembaca ke dalam dunia batin yang penuh gejolak. Meskipun demikian, beberapa bagian puisi ini terasa klise, terutama dalam penggambaran cinta yang tidak terbalas, yang sedikit mengurangi keaslian ide. Namun, daya tarik puisi ini terletak pada kekuatan emosinya, di mana kegelisahan dan harapan saling bertukar tempat dengan sangat mendalam. Keindahan bahasa yang dipilih, meskipun terkesan klasik, berhasil menyajikan gambaran yang jelas dan puitis. Kedalaman makna pun dapat dirasakan melalui perjuangan batin sang tokoh, yang merindukan cinta sejati meski terhalang oleh batasan tak kasat mata. Sayangnya, elemen kejutan kurang terasa, karena alur puisi ini cukup bisa diprediksi. Secara keseluruhan, puisi ini menawarkan curahan perasaan yang intens sekaligus menenangkan.