TERGANTUNG DIRI
…
Puisi Gadis Tanah Ganja bergambar di atas berjudul TERGANTUNG DIRI karya Gadis Tanah Ganja
Semusim berlalu
Senyum bahagia di wajah senja tlah beku
Air mata paling bahagia, jerit tangis dan tawa
Kitalah dua insan simbol kehilangan
Ratap demi ratap
Selalu membasahi tiap helai magenta
Biar kupeluk seluruh keheningan ini
Biar kuhirup tiap nanah luka selepas kepergian
Senja di...
Diantaranya
Kita hanya menjeda sejenak
Memilih mensaktahkan diri sesaat nafas
Dan setidaknya
Ghunnah ini terus menderu syahdu
Mendayu hingga pada waqaf yang lazim dan mutlak
;Berhenti
Di kemudiannya
Aceh, 11 November 2020
Sejelas-jelasnya ia
Ungkapan dari rasaku seterang izhar
Degubku bahkan lebih memantul tasydid dari tajibul ghunnah
Ia berdengung hanya untukmu saja-saja
Tiap kali tandangmu menyapa kesunyian ini
Hatiku terguncang hebat layaknya qalqalah kubra dan nafasku berhenti sejenak
Ketahuilah ….
Sesungguhnya cintaku bagaikan mad lazim yang bervariasi dengan...
Kurindu
Pada sajakmu
Aksaramu hipnotis jiwaku
Berkelana arungi dunia hayalku
Kurindu
Surat kecilmu
Bagaikan semanggi empat
Menjagaku hingga malam berganti
Kurindu
Suara paraumu
Tiap pagi menyapaku
Sehangat mentari menyetubuhi embun
Kurindu
Setiap doamu
Kala sujudmu usai
Aminmu bersambut...
di setangkai rasa,
rindu terselip merah muda
manis, asam warna menggoda kepekaan indra
semanis-manisnya sapa menggoda celoteh burung sepasang dara
ah, tak habis pikir
jari kaki pun berasa manis kala bosan membelungsing notif sunyi
dianggurin, kau suakan sepi
cintaku seumpama permen hot-hot loli
berasa hingga...
di setangkai rasa,
rindu terselip merah muda
manis, asam warna menggoda kepekaan indra
semanis-manisnya sapa menggoda celoteh burung sepasang dara
ah, tak habis pikir
jari kaki pun berasa manis kala bosan membelungsing notif sunyi
dianggurin, kau suakan sepi
cintaku seumpama permen hot-hot loli
berasa hingga...
Senyummu semakin mengutuk rindu
Balon-balon lopeku pecah mengangkasa
Mekarkan sakura merah muda di langit senja
Satu satu surat cintaku mulai terbuka
Di langit sana, pada reranting sakura ia terbaca
Biarkan saja tatap camar cemburuimu dan dedaunan mendesah malu-malu
Kala kukecup dirimu di rerimbunan anganku
Duh...
Sesungguh bernawaitu
Kepada separuhnya inginku tersinggahi
Menjadi bagi dalam bagian bagian dari keutuhan nan sejati
Agar teringkarinya segala pelik yang membersamai palung sepi
Namun,
Memutik lagi sehelai kelopak sendu kisah lalu
Menubuhkan sekelumit risau di wajah malamku
Pun desau angin menyandiwara di syahdunya gelimang rasa
...
Dan sedalam makna kukiaskan kata
Serta merta seluruh ego yang mengangkasa
Di wujudmu kitalah yang ternampak nyata
Tatap memampang riuh membalada
Jika kau tanya perihal ini suratan
Siapkan saja sekantong duka biar kumakan
Sudah terlanjur
Kopiku pahit sejak dianggur kau titip sunyi
Duh, jangan lagi kau...
Aku tak tahu bagaimana menamai diri
Bagaimana membuka bilik memori
Tak kutemui adanya pintu
Tak kutahu jendelaku di mana
Di mejaku hanya berhiaskan mawar menghitam
Mungkin sarinya t’lah di tenggak perlahan oleh waktu tanpa kutahu
Kelopaknya mengering kerut berbentuk sesabit pilu
Tak lagi mewangi...
Serupa magenta
Hadirmu temaram benamkan kecelaan
Seagung asmara membirama kemesraan
Nada-nada kasmaran merengkuh tak terpatahkan
Dan, selepasnya kau bertahta
Tak perduli berapa banyak usaha
Tak terbilang berapa kali kepura-puraan
Masih belum cukup gejolak rindu memburai
Di kesekian malam pun
Pada embus angin tentangmu...
Kenalilah aku perlahan …
Dimana sajakku terdiam
Seharusnya kau lebih paham
Mendekatlah ….
Tiliklah kelam pupil mataku
Tiada kebohongan jika itu tentangmu
Karena aku adalah Edelweis
Tumbuh mekar di hatimu yang gersang
Aceh, 31 Oktober 2020
Melambai di penghujung hari
Pengunjung angin setia menerpa benih
Meski tertiup rapuh tak berdaya
Di pengakhiran senja mengudara harap, hias semesta
Terombang-ambing tapa nahkodanya
Perahu jiwa membawa berlabuh di taman asa
Dandelion senja
Benih kasih bermandikan mega-mega
Menggurat gejolak, asmara mengabur di batas senja
Rasanya tlah lelah sayap-sayap ini terbang mencari pintu ke hatimu
Kau selalu berbalik dan menjadi bayangan semu
Selebihnya aku meniduri angan di tepian telaga rindu
Derunya selalu membuatku mabuk tanpa tahu waktu
Bagaikan secawan khamar
Setelah candu kutenggak habis
Tanpa malu ucapkan rindu di sisa-sisa sadarku
Diantaranya
Kita hanya menjeda sejenak
Memilih mensaktahkan diri sesaat nafas
Dan setidaknya
Ghunnah ini terus menderu syahdu
Mendayu hingga pada waqaf yang lazim dan mutlak
;Berhenti
Di kemudiannya
Aceh, 11 November 2020
Seolah bersebab
Kita meritme sedalam gendang rasa
Nada-nada selaras jadi
Memetik tiap-tiap senar rindu senandung gelora pecinta
Oh ….
Kau yang membirama sebagai nyawa dalam pelaminan asmaraku
Romansamu hanguskan rembulan di ufuk malam
Serasa menjiwai di seluruh badani
Hayatku tersuguhkan sebagai separuhmu
Oleh karenanya, dengarlah