Puisi Gadis Tanah Ganja Berjudul Elegi Bilik Pelukis 4 Bait 16 Baris
G
Elegi Bilik Pelukis
© Gadis Tanah Ganja
Aku tak tahu bagaimana menamai diri
Bagaimana membuka bilik memori
Tak kutemui adanya pintu
Tak kutahu jendelaku di mana
Di mejaku hanya berhiaskan mawar menghitam
Mungkin sarinya t'lah di tenggak perlahan oleh waktu tanpa kutahu
Kelopaknya mengering kerut berbentuk sesabit pilu
Tak lagi mewangi sebagaimana lumrah
Akupun tak mau peduli
Di sampingnya terletak sebuah cermin memantul abstrak diri tanpa senyum
Lantas kuambil kuas kecil dalam laci
Gincu merah di bibirku sebagai pewarnanya
Namun tetap saja
Tanganku tak mampu melukis seulas senyum yang sama
Aku melupa pada tawa kala itu
Aceh, 07 November 2020
Puisi “Elegi Bilik Pelukis” menawarkan perjalanan emosional yang mendalam melalui penggambaran kehilangan dan kerinduan. Penggunaan bahasa yang sederhana, namun kaya makna, menciptakan suasana melankolis yang mengena di hati. Penyair dengan cermat menggambarkan bilik memori yang sepi, di mana elemen-elemen seperti mawar yang menghitam dan cermin yang memantulkan ‘abstrak diri’ menjadi simbol yang kuat dari kesedihan dan nostalgia. Struktur puisi ini yang tidak terikat pada rima membuat kejujuran emosionalnya semakin terasa, seolah-olah penyair sedang berbicara langsung kepada pembaca. Meski terdapat keindahan dalam penggambaran visual, ada kalanya penggunaan bahasa terasa kurang eksploratif, yang bisa memberi ruang lebih untuk keindahan puitis. Selain itu, meskipun ide tentang kehilangan dan ketidakmampuan untuk melukis kembali senyum memiliki keaslian, elemen kejutan dalam puisi ini cenderung minim. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyentuh aspek-aspek fundamental dari pengalaman manusia dan membawa kita pada refleksi yang mendalam tentang memori dan kehilangan.