Puisi Singa jantan Berjudul Simanis mata berkaca 6 Bait 15 Baris
S
Simanis mata berkaca
© Singa jantan
Ketika fajar mulai menyingsing
Gerimis menggelitik debu-debu jalan
Hembusan lembut angin pagi buta
Menuai rindu melaju
Sinaran tatapan mata terpacu atas bayangan
Seakan nyata di atas ufuk pandangan
Simanis mata berkaca
Rindu melaju tanpa menuai kata
Aku terbungkam dalam sunyi
Menuai mimpi diatas angan
Engkau seakan dalam genggaman
Amboi...angan pandai merayu
Dikala sunyi mulai berkawan
Engkau merasuk dalam pikiran
Engkau ukir seakan nyata di setiap tatapan lamunan
Puisi “Simanis mata berkaca” menyuguhkan nuansa yang puitis dan emosional, memancarkan kerinduan yang mendalam. Penggambaran alam di awal puisi, seperti ‘fajar mulai menyingsing’ dan ‘gerimis menggelitik debu-debu jalan’, berhasil menciptakan suasana yang tenang dan reflektif. Dalam bait-bait selanjutnya, penulis dengan luwes mengekspresikan kerinduan yang terpendam, di mana kata-kata seperti ‘menuai rindu melaju’ dan ‘engkau merasuk dalam pikiran’ menambah intensitas emosional. Keindahan bahasa yang digunakan menampilkan kehalusan dan keanggunan dalam pilihan kata, meskipun beberapa frasa terasa klise. Keaslian ide puisi ini cukup menarik, meski tema kerinduan bukanlah hal baru, penulis berhasil memberikan nuansa yang khas. Namun, kedalaman makna terasa tidak sepenuhnya tergali, sehingga pembaca mungkin merindukan lapisan-lapisan makna yang lebih kompleks. Elemen kejutan dalam puisi ini kurang terasa; meskipun ada keindahan dalam ritme dan suara, harapan akan twist atau pembalikan makna tidak terpenuhi. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyentuh emosi dan memberikan gambaran yang indah tentang kerinduan, meski masih ada ruang untuk eksplorasi lebih jauh dalam ide dan makna.