Puisi kopipeiq Berjudul Santun Pagi 5 Bait 17 Baris
k
Santun Pagi
© kopipeiq
Detik sang waktu mulai menggenit
Menyeka hening yg menguntit
Dan engkau masih menjerit
Mengolah keluh
Menurut yang tak tentu
Apa kau sadar akan itu?
Tidak kah?
Rautmu payah, Kau lemah
Bangkitlah!
Tunjukan bahwa kau mampu
Kau kuat, Kau bisa
Kau itu bukan aku
Paham!
Riakmu tak berbuih
Bagai rona yg memimpih
Di sekuncup embun yg menyapih
Aku berdalih
Puisi “Santun Pagi” mengajak pembaca untuk merasakan ketegangan antara harapan dan ketidakpastian. Dengan gaya bahasa yang lugas, penulis berhasil menyentuh perasaan melalui dialog antara diri dan harapan yang tertegun dalam hening pagi. Penggambaran detik yang ‘menggenit’ dan ‘hening yang menguntit’ menciptakan suasana yang sangat intim dan reflektif, seolah-olah memanggil pembaca untuk merenung. Namun, ada kalanya nada puisi terasa terlalu langsung dan kurang memberikan ruang bagi imajinasi pembaca untuk berkembang. Meskipun demikian, ajakan untuk bangkit dan menunjukkan kekuatan dalam diri menjadi inti yang mengesankan. Secara keseluruhan, puisi ini mengusung tema yang universal dengan penyampaian yang cukup kuat, meskipun bisa lebih dalam lagi dalam eksplorasi maknanya.