Puisi Melchy Gelalang Berjudul Mewaktu Dengan Rindu 4 Bait 12 Baris
M
Mewaktu Dengan Rindu
© Melchy Gelalang
Selepas Maghrib yang berkasih, Merajut asa yg berkisah
Tersirat namun tak bersurat
Di kota kata Yang mati dicabik sepi belakangan ini
Rindu lalu mengendarai Sepasang sejoli
Hening, Pening, Pada jalanan kota yg mengasing
Angin mengusik, Semesta berbisik
Sang purnama pun mengaduh
Dan Aku,Melingkar peluk paling erat, Merkat dan terjerat
Menyandar pada bahu yang bertulang, Mereka kasih pada Sepakan jalan pulang
Menenun cumbu Lalu merayu, Seakan meramu canda diruang semu
Tersenyum seraya mengejek waktu
Atas derita dan rindu, Kau menang malam itu
Puisi ‘Mewaktu Dengan Rindu’ berhasil mengungkapkan kerinduan yang mendalam dengan bahasa yang puitis dan imajinatif. Penggambaran suasana pasca-Maghrib yang penuh dengan keheningan menciptakan latar yang sangat mendukung tema rindu. Pemilihan kata seperti ‘merajut asa’ dan ‘mengendarai sepasang sejoli’ menunjukkan keindahan bahasa yang mengalir, meski ada beberapa frasa yang bisa lebih dipadatkan untuk memperkuat ritme. Dalam hal keaslian ide, puisi ini menampilkan perspektif yang segar tentang cinta dan kerinduan, namun beberapa elemen terasa klasik dan umum. Kedalaman makna puisi ini cukup terasa, terutama dalam menggambarkan pertentangan antara waktu dan rindu, meskipun ada beberapa bagian yang bisa dieksplorasi lebih dalam untuk memberikan nuansa yang lebih kaya. Elemen kejutan juga hadir dalam transisi antara keheningan dan keakraban, meski bisa lebih ditonjolkan untuk memberikan dampak yang lebih kuat. Secara keseluruhan, puisi ini merupakan karya yang menyentuh dan layak untuk diapresiasi lebih lanjut.