Puisi David Mael Berjudul Rintihan Sang Kenari 4 Bait 18 Baris
D
Rintihan Sang Kenari
© David Mael
Semilir angin perlahan mengurai senja,
Menerpa ringan sang kenari,
Dengan kicauan yang menggugah rasa,
Dalam kurungan dia menari.
Inilah duniaku, imbuhnya,
Inilah takdirku, rintihnya,
Aku risau tapi tak dimengerti,
Aku sendu tapi tak ada yang peduli.
Dalam kicauan ku dendangkan laguku,
Dengan kicauan pula ku senangkan hati tuanku,
Terkadang nalarku memberontak,
Untaian karsaku pun merebak.
Aku hanya ingin sebuah kebebasan,
Dalam asa meninggalkan kehampaan,
Aku dalam sangkar ini,
Aku dalam sendu ini
Ku senandungkan duniaku,
Ku lantunkan kisahku.
Puisi “Rintihan Sang Kenari” menggambarkan dengan indah dilema kebebasan dan pengekangan melalui suara sang kenari yang terkurung. Penggunaan metafora yang kuat, di mana kenari melambangkan jiwa yang terperangkap, menjadikan puisi ini sangat mengena. Penyair berhasil menciptakan suasana yang melankolis namun penuh harapan, yang terlihat dari penggambaran ‘kicauan yang menggugah rasa’. Dari segi bahasa, pilihan kata dan ritme puisi ini sangat harmonis, menciptakan keindahan yang mendayu-dayu. Namun, meskipun ide tentang kebebasan dan pengekangan bukanlah hal baru dalam sastra, penyampaian yang emosional dan puitis memberikan nuansa keaslian tersendiri. Kedalaman makna puisi ini sangat terasa, mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi jiwa yang terkurung dalam batasan. Elemen kejutan mungkin tidak terlalu mencolok, tetapi kemampuannya untuk membawa pembaca pada refleksi mendalam menjadikannya berharga. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyentuh hati dan memprovokasi pemikiran, menjadikannya karya yang patut diapresiasi.