Puisi Setjangkir Berlian Berjudul Sayang? Tidak! Maafkan Aku I, II, III 4 Bait 51 Baris

Keaslian Ide
4
Elemen Kejutan
4
Kekuatan Emosi
4
Kedalaman Makna
4
Keindahan Bahasa
3
Score
3.8
1 Voters
Puisi 4 Bait 51 Baris Tentang SedihDengar Puisi Bacain Puisi Nilai Download Kutipan Komentar
S

Sayang? Tidak! Maafkan Aku I, II, III

© Setjangkir Berlian

Sayang? Tidak! Maafkan Aku I
Sayang,
kau memanggilku sebutan sayang
Aku terperangah selaksa hatiku gemetar penuh dendam
Dan lagi kau memanggilku dengan sebutan itu
Mendengar sahutannya itu aku seperti tengah merengkuh gunung emas
Bintang dan bulan sabit terasa lebih benderang
Beberapa saat aku disergap oleh kebisuan
Terpaku aku,
aku berpikir kembali dan mengingat kisah tempo dulu ketika kau pergi bersamanya,
kau tinggalkan aku lalu kau campakkan
Bayangan,
tergambar dengan hal yang dulu kau indahkan dengan sinar senyummu yang menawan
Namun itu tak membuat aku tuk bisa kembali bersamamu. Karna,
sinar senyummu temaram tidak mampu membawaku tuk kembali bersamamu.

Sayang? Tidak! Maafkan Aku II
Tik…tik…tik…
Suara jam itu,
menghipnotisku,
membawaku terbang dalam kesunyian
Halusinasi di benakku,
kembali pada nostalgia
Jam yang bergantung bertengger di dinding tembok seakan berlomba dengan detak jantungku
Dag Dig Dug…
Tiktiktik…
Dag Tik Dig Tik Dug Tik menggebuh-gebuh hingga menjadi alunan melodi bagai rayuan
Rayuanmu kini sudah tak dapat bersimpuh lagi di hatiku
Cukup!
Jangan sesekali kau ucapkan sayang dan jangan sesekali kau ucapkan kata untuk kembali kepadaku
Karna aku telah terluka lagi pula berdarah karna cintamu.

Sayang? Tidak! Maafkan Aku III
Kalimat itu kuanggap bukan nasihat,
tetapi lebih sebagai sindiran tajam
Kenapa engkau lancang mengatakan ku tidak berguna ketika cintamu telah pudar
Ketika itu,
apa yang kau fikirkan hingga kau sekejam itu?
Dulu aku kau angkat dengan seribuan kata dan kalimat cintamu hingga aku melayang dan terbang dengan perkataanmu gombalmu.
Kini kau jatuhkan aku dengan alasan yang sehina itu
Seburuk apakah aku di matamu saat itu?
Apa salahku?
Kini kau meminta untuk kembali bersamaku
Menyesal aku menerima sedekah cintamu,
ternyata kau tak lebih dari seonggok sampah
Ketika kau pergi dan bahagia bersamanya
mengapa tak kau biarkan saja aku mati?
Sudahlah
jangan kau panggil jua nama aku lagi
tak perlu kau ucapkan sayang
Cukup!
Aku tak akan dendam, tetapi aku akan ingat.

Bilik Sunyi, 22 Desember 2016


One comment

  1. Keaslian Ide
    4
    Elemen Kejutan
    4
    Kekuatan Emosi
    4
    Kedalaman Makna
    4
    Keindahan Bahasa
    3
    3.8/5
    OVERALL SCORE

    Puisi “Sayang? Tidak! Maafkan Aku I, II, III” menyajikan perjalanan emosional yang mendalam mengenai patah hati dan pengkhianatan. Penulis dengan cermat mengeksplorasi perasaan yang kompleks, mulai dari kerinduan hingga penolakan, dengan nada yang kuat dan langsung. Penggunaan repetisi pada frase ‘Sayang? Tidak!’ menegaskan pergeseran emosi dari cinta menjadi penolakan, menciptakan dampak yang mendalam. Dalam hal keindahan bahasa, meskipun terdapat beberapa frasa yang sangat menyentuh, ada kalanya penggunaan metafora terasa agak klise, yang sedikit mengurangi kekuatan narasi. Namun, keaslian ide dalam menciptakan narasi patah hati dengan suara yang kuat dan tegas patut diacungi jempol. Kedalaman makna puisi ini sangat terasa, menggambarkan dengan jelas rasa sakit dan refleksi atas hubungan yang rusak, meskipun ada beberapa bagian yang bisa lebih diperhalus. Elemen kejutan hadir melalui perubahan nada dan emosi yang tajam di setiap bagian, membuat pembaca merenungkan setiap bait. Secara keseluruhan, ini adalah puisi yang kuat dan menggugah, meskipun masih ada ruang untuk penyempurnaan dalam aspek bahasa dan struktur.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *