Puisi DELIA NUR ZAM ZAMI Berjudul POLEMIK SI MAKHLUK KECIL (CORONA) 5 Bait 17 Baris
D
POLEMIK SI MAKHLUK KECIL (CORONA)
© DELIA NUR ZAM ZAMI
Jalan sepi,
Bak kota mati
Para manusia memendam rindu,
Yang kian membelenggu
Semua berawal dari makhluk kecil imut serupa debu,
Tanpa henti bersilaturahim dengan tangan-tangan manusia
Biar ku beri tahu,
Dia adalah Corona
Bukan artis,
Bukan selegram,
Tiba-tiba viral di layar kaca,
Makin kemari kian menjadi polemik di penjuru dunia
Tuhan... Sudahi ujian ini,
Kami ingin hidup seribu tahun lagi
Mengabdi di muka bumi
Mengemban amanah hingga mati
Depok, 2020
Puisi “POLEMIK SI MAKHLUK KECIL (CORONA)” menghadirkan gambaran yang kuat tentang dampak pandemi terhadap kehidupan manusia. Melalui deskripsi jalan sepi dan kota mati, penyair berhasil menciptakan suasana melankolis yang menggugah emosi pembaca. Penggunaan istilah ‘makhluk kecil imut serupa debu’ menyoroti betapa sesuatu yang tampaknya tidak berarti dapat mengubah dunia secara drastis. Di sini, kekuatan emosi terbangun dengan baik, menggambarkan rindu yang terpendam di tengah kesunyian. Namun, ada beberapa momen di mana pilihan kata terasa kurang puitis dan bisa lebih diperdalam untuk menciptakan keindahan bahasa yang lebih kaya. Ide mengenai dampak virus yang menjadi polemik global sangat orisinal, meski dalam konteks pandemi, ini juga merupakan tema yang banyak diangkat. Kedalaman makna puisi ini menyiratkan harapan dan kerinduan akan kehidupan yang lebih baik, tetapi bisa lebih dieksplorasi untuk menghadirkan nuansa yang lebih kompleks. Elemen kejutan terdapat pada pergeseran dari tema kesedihan menjadi harapan di akhir, meski tidak terlalu mencolok. Secara keseluruhan, puisi ini adalah refleksi yang relevan dan menyentuh, meskipun ada ruang untuk peningkatan dalam keindahan bahasa dan kedalaman makna.