Puisi Rhido Sahputra Azhari Berjudul Bayang sunyi, Rindu bisu 2 Bait 17 Baris
R
Bayang sunyi, Rindu bisu
© Rhido Sahputra Azhari
Hujan menabur kesunyian malam ini
Jemari menari menderas pada getar kata
Kotori lembaran kertas nan putih
Tak kala lirih ia mengikuti perasaan.
Katamu ini akan sebentar saja ?
Tak lebih lama dari tuhan pertemukan kita.
Tapi aku sudah bosan melahap rindu
Melayani bayang mu yang kerap bertamu.
Secangkir kopi kesukaan mu ku suguhkan
Sembari habiskan malam ditabur hujan.
Biar ku cumbu lagi cangkir kopi ini sendiri
Lalu ku reguk bayang dan rindunya
Hingga semesta-Nya membaik, meruntuhkan jarak
Dan dua raga pun kembali bersua.
Kekasih...
Kau masih sekedar bayang
Dan rindu yang masih membisu.
Puisi “Bayang sunyi, Rindu bisu” berhasil menyentuh relung hati pembaca dengan perasaan rindu dan kesunyian yang mendalam. Penulis menggunakan imageri hujan yang melambangkan kesedihan dan kerinduan, menciptakan suasana yang intim dan melankolis. Penggambaran emosional ini mampu membangkitkan rasa nostalgia, mengajak pembaca meresapi setiap bait dengan emosi yang kuat. Dari segi bahasa, penggunaan kata-kata sederhana namun puitis memberikan keindahan tersendiri, meskipun ada beberapa frasa yang dapat diperhalus untuk meningkatkan ritme. Ide tentang rindu yang diam dan bayangan sebagai simbol ketidakhadiran sangat orisinal, memberikan nuansa baru dalam tema cinta yang kerap dieksplorasi. Namun, kedalaman makna masih bisa digali lebih jauh untuk memberikan lapisan interpretasi yang lebih kompleks. Elemen kejutan kurang terasa, karena alur puisi ini cenderung dapat diprediksi. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang menyentuh dan layak untuk diapresiasi lebih jauh.