Puisi PencilSpirit Berjudul Persimpangan Karbala 5 Bait 22 Baris
Persimpangan Karbala
Tak terasa aku sampai dijalan ini,
Jalan kebenaran yang membawaku kemari,
Tempat yang hanya menyuguhkan ngeri,
Menyebutnya saja membuat bulu kuduk berdiri.
Ditiap arah jalan kulihat nama Karbala,
Diukir jelas diatas pedang-pedang khianat para durjana,
Namun tak banyak yang menyadarinya,
Karena kacamata manis penguasa Arabia.
Persimpangan ditengah gurun ini sepi,
Bawalah sapu tangan bila kemari,
Karena desir pasirnya selalu membawa luka hati,
Hingga air matamu mengalir bersama darah suci.
Tepat ditengah persimpangan ini,
Ada sepetak taman rumput, bunga dan mata air,
Rumput itu rumput kebenaran,
Yang akan terus tumbuh dihati tulus pencarinya,
Bunga itu bunga perjuangan,
Yang selalu mekar melawan penindasan
Mata air itu mata air surgawi,
Yang terus akan menjadi hilir hilir energi keberserahan pada Ilahi.
Ditengah taman itu ada sebuah batu Syahid,
Bertuliskan "Disinilah Husain bin Ali wafat".
Puisi “Persimpangan Karbala” berhasil menciptakan suasana yang mendalam dan penuh emosi, menggugah pembaca untuk merenungkan peristiwa bersejarah yang menyentuh hati. Dengan pilihan kata yang tepat, penyair mampu menggambarkan perasaan ngeri dan luka yang mendalam, serta menyoroti perjuangan dan pengorbanan yang terjadi di Karbala. Imaji yang dihadirkan, seperti ‘rumput kebenaran’ dan ‘mata air surgawi’, memberikan sentuhan yang indah dan simbolis, menjadikan karya ini kaya akan makna. Namun, meskipun terdapat keindahan dalam pengungkapan, beberapa aspek terasa kurang mengejutkan dan lebih bersifat konvensional dalam penyampaian temanya. Secara keseluruhan, puisi ini adalah refleksi yang kuat dan menggugah jiwa tentang nilai-nilai perjuangan dan keikhlasan dalam menghadapi penindasan.