Puisi Moch.Farid Cahya Hendrawan Berjudul Ku ikhlaskan kau 3 Bait 15 Baris
M
Ku ikhlaskan kau
© Moch. Farid Cahya Hendrawan
Tangannya adalah pisau untukku
kakinya adalah hentakan senjata
yang selalu mencelakakan diriku,
mulutnya adalah serpihan racun
yang selalu menghantui hatiku
tatapan matanya adalah kesedihanku.
Dia rela membiarkan diriku
terjatuh dalam jurang kenestapaan,
Dia tega meninggalkan diriku
tanpa mengantongi izin dariku,
Dia begitu tega dan kejam
meninggalkanku dalam kesendirian.
Ku ikhlaskan kau pergi bersama
kekasih barumu disana, ku do'akan
semoga Kau bahagia bersamanya.
Puisi “Ku ikhlaskan kau” menciptakan gambaran yang kuat tentang pengkhianatan dan kesedihan melalui perbandingan yang tajam antara cinta dan luka. Penggunaan metafora seperti “tangannya adalah pisau” dan “mulutnya adalah serpihan racun” memperlihatkan betapa kuatnya dampak emosional dari hubungan yang menyakitkan. Dalam hal keindahan bahasa, meskipun ada beberapa frasa yang terasa sedikit berlebihan, aliran kata-katanya tetap menyentuh dan mampu menyampaikan rasa sakit yang mendalam. Keaslian ide yang diangkat tentang ikhlas melepaskan cinta yang menyakitkan sangat relevan dan menggugah. Namun, kedalaman makna bisa lebih dieksplorasi untuk memberikan nuansa yang lebih kaya. Elemen kejutan dalam puisi ini cukup minim, dengan alur yang terprediksi, tetapi penutupan yang menyiratkan harapan tetap memberikan sentuhan yang manis di tengah kepedihan. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyampaikan perasaan yang intens meskipun masih ada ruang untuk pengembangan lebih lanjut.