Puisi Mahadir Mohammed Berjudul Pasien Covid 25 Bait 49 Baris
Pasien Covid
Aku yang positif Corona
Kamu yang 'anosmia'
Aku masih menaruh rasa kepadamu
Tapi kamu pula yang 'hilang rasa' kepadaku
Lalu siapa diantara kita
yang paling parah virusnya?
Aku atau kamu, Dik?
-Riau,2021
***
Terasa letih
Covid telah merampas kedekatan
Merentang jarak tanpa belas kasih
Menyerang yang terkasih
Menghilangkan jiwa tanpa pamrih
Luka,
Duka,
Membalut jiwa bertambah perih
Membuat rinduku terasa letih
-Riau, 2021
***
Telah Lama Mewabah
Wahai engkau yang ada dilubuk jiwa
Jiwaku sungguh tidak berdaya
Diserang wabah tak kasat mata
Aku sudah lama bergejala
Bukan karena wabah yang melanda
Tapi karena engkau yang nyata
Yang tak pernah membalas rasa
Aku adalah pasien yang terbelenggu
Bagaikan butiran debu
Jiwaku terasa hancur
Sebab cintaku telah engkau kubur
-Riau, 2021
***
Pesan Dokter
Kata dokter: Engkau hanya perlu istirahat yang cukup, pikiran tanpa beban, hati yang tenang dan hindari keramaian.
Kataku: Bagaimana aku mendapatkan semua itu, Dok? Jika pujaan jiwaku, sekalipun tak pernah menanyakan kabarku, dukaku dan bagaimana keadaanku? Adakah cinta tanpa kabar?
Kata dokter: Sabar adalah obat, agar tubuh tidak sekarat. Cinta itu imun sekaligus menyimpan racun.
-Riau, 2021
***
Vitamin dari Dokter
Dalam obat resep dokter
Ada cinta yang diracik dengan cerdik
Dalam sesendok sirup
Ada vitamin untuk si miskin
Vitamin A: Ada duit bayarnya?
Vitamin B: Berani bayar berapa?
Vitamin C: Cukup kasi obat itu saja.
-Riau,2021
Puisi “Pasien Covid” menciptakan jembatan yang kuat antara pengalaman pribadi dan kolektif di tengah pandemi. Dengan penggunaan metafora yang cerdas, penulis berhasil menyampaikan kerinduan dan kesedihan yang mendalam akibat kehilangan. Terciptanya dialog antara pasien dan dokter memperkaya struktur naratif puisi ini, sekaligus menggambarkan dilema emosional yang dihadapi banyak orang. Keberanian penulis untuk menggabungkan tema cinta dan penyakit menjadikannya relevan dan menyentuh. Namun, ada beberapa bagian yang mungkin bisa dieksplorasi lebih jauh untuk meningkatkan kedalaman makna. Secara keseluruhan, puisi ini sangat menyentuh dan mengajak pembaca merenungkan kondisi yang dihadapi di tengah pandemi, terutama dalam konteks relasi interpersonal. Penggunaan bahasa juga terbilang indah meskipun ada beberapa frasa yang terasa klise. Di sisi lain, elemen kejutan dalam puisi ini cukup terlihat namun bisa diperkuat lagi untuk memberikan dampak yang lebih besar. Secara keseluruhan, ini adalah karya yang layak diapresiasi dan direnungkan.