Puisi Jayanto Halim Tjoa Berjudul Nostalgia 2 Bait 9 Baris
J
Nostalgia
© Jayanto Halim Tjoa
Tonight I write one of the saddest lines of my poem :
"O.. Longing who blows in the breeze.
Your inexistence perforated through desolation.
Spending time with you was too short.
When oblivion takes a thousand years.
Letting you go was the saddest chapter for this spring ballad;
It does still rain all night like the days before;
But it's presence won't be the same again.
At the end, I'm the one who cries."
Puisi “Nostalgia” ini menyentuh hati dengan ungkapan kerinduan yang mendalam dan kesedihan yang melingkupi setiap baitnya. Penulis berhasil menyampaikan emosi yang kompleks melalui penggunaan bahasa yang puitis dan metaforis. Frasa seperti ‘Longing who blows in the breeze’ memberikan kesan yang halus namun kuat, menciptakan suasana yang melankolis dan penuh harapan di tengah kesedihan. Keindahan bahasa terletak pada pilihan kata yang tidak hanya indah, tetapi juga mampu membangkitkan rasa empati pembaca. Meskipun tema kerinduan adalah tema yang umum, cara penulis mengemasnya dengan keaslian dan kekuatan emosional membuat puisi ini terasa segar dan relevan. Kedalaman makna yang tersirat dalam pernyataan tentang waktu dan kehilangan menggugah pikiran, membuat pembaca merenungkan pengalaman pribadi mereka sendiri. Namun, elemen kejutan dalam puisi ini bisa lebih ditingkatkan, karena jalan cerita terasa cukup dapat diprediksi. Secara keseluruhan, “Nostalgia” adalah karya yang indah dan menyentuh, meskipun masih ada ruang untuk eksplorasi lebih lanjut.