Puisi SitiKhoningah Berjudul Malam Ikut Berkata 3 Bait 12 Baris
S
Malam Ikut Berkata
© SitiKhoningah
Petikan doa seirama dengan denting jam
Merenda serat-serat hidup yang suram
Tertuang pada gelapnya suasana malam
Inilah duniaku: akar dari lelakon kejam
Kupandangi tasbih; ku mainkan sejenak
Barangkali, tasbih itu enggan beranak-pinak
Lalu aku tersenyum sembari memutar otak
Kembali melafadzkan doa yang terdengar serak
Tak terasa, air mata ikut melafadzkan doa
Melandai dan menginjak helaian mukena
Lalu, malam ikut berkata sedemikian rupa:
"duniamu terlalu sengsara, bagimu anak belia."
Puisi “Malam Ikut Berkata” berhasil menangkap rasa kesedihan dan keputusasaan yang dialami oleh penulis dengan nuansa yang mendalam. Penggunaan metafora dan personifikasi, seperti ‘malam ikut berkata’, memberikan sentuhan yang kuat dan imajinatif, menciptakan suasana yang hampir bisa dirasakan. Pemilihan kata yang tepat, seperti ‘serat-serat hidup yang suram’ dan ‘melafadzkan doa yang terdengar serak’, menunjukkan keindahan bahasa yang elegan dan puitis. Namun, meski menyentuh, ide yang diusung tentang kesengsaraan hidup dan harapan doa terasa cukup umum dalam sastra, meskipun tetap bernilai. Dalam hal kedalaman makna, puisi ini menggugah pembaca untuk merenungkan tentang penderitaan dan harapan di tengah kesulitan. Elemen kejutan di akhir, di mana malam seolah memberikan suara, membawa pembaca pada refleksi yang lebih dalam, meski bisa dianggap kurang mengejutkan bagi pembaca yang sudah akrab dengan tema serupa. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang emosional dan menggugah, meski masih ada ruang untuk eksplorasi ide yang lebih segar.