Puisi Nadhiya ulhaq robbani Berjudul LARA 1 Bait 14 Baris
N
LARA
© Nadhiya ulhaq robbani
Gemintang minggu yang beratap cakrawala
Ambuan rindu jelma lara dan sendu
Serta sisa tawamu yang masih terdengar
Entah aku gila atau mati rasa
Berharap dirimu yang dulu selalu ada
Dengarlah...
Gemuruh hatiku yang suaranya mirip kehancuran
Coba kau lihat...
Ada genangan air mata yang terus mengalir
Dengarkan!,,disini....
Yang ku inginkan hanyalah senyummu...
Yang ku rindukan hanyalah tawamu...
Aku hanya berharap kau mengerti
Tidak mengapa jika tak ingin kembali
Puisi “LARA” ini berhasil menangkap esensi kerinduan dan kesedihan dengan sangat mendalam. Penggunaan imaji seperti “gemintang” dan “cakrawala” menambah kekuatan visual yang dapat membangkitkan emosi pembaca. Selain itu, frasa-frasa seperti “genangan air mata” dan “suara kehancuran” menunjukkan perasaan yang kompleks, menciptakan kedalaman emosional yang mengena. Namun, meskipun ada keindahan dalam penggunaan bahasanya, beberapa bagian terasa agak konvensional dan bisa lebih dieksplorasi untuk memberikan nuansa yang lebih segar. Ide yang diangkat tentang kerinduan dan kehilangan memang sangat universal, namun cara penyampaian dapat diperbaharui untuk menciptakan keaslian yang lebih kuat. Dalam hal kedalaman makna, puisi ini memberikan ruang bagi pembaca untuk merenung, tetapi ada beberapa elemen yang bisa lebih mengejutkan agar tidak terjebak dalam klise. Secara keseluruhan, “LARA” adalah puisi yang menyentuh dan berpotensi untuk lebih berkembang.