Puisi PencilSpirit Berjudul Koran Peradaban 3 Bait 13 Baris

P
Koran Peradaban
© PencilSpirit
Angin menghela nafasnya,
Seolah beban membawa cuaca,
Pucuk pepohonan menari tarian gila,
Mabuk oleh air haram manusia.
Bumi malas menjaga anak-anak,
Lempeng-lempeng kerak yang selalu berjingkrak,
Manusia kian lihai berdusta,
Lengkap dengan topeng-topeng baja,
Hati bersembunyi entah dimana,
Haha... mungkin takut pada tuannya.
Tiada arah jalan untuk perbaikan,
Segalanya berubah liar dan berantakan.
Apa ini hanya tajuk laris Koran-koran ?,Ataukah memang ujung dari sebuah peradaban.
Puisi “Koran Peradaban” menyajikan gambaran yang kuat tentang kondisi lingkungan dan moralitas manusia yang semakin memudar. Dengan penggunaan metafora yang tajam, seperti “angin menghela nafasnya” dan “pucuk pepohonan menari tarian gila”, penyair berhasil menciptakan suasana yang melankolis dan penuh ketegangan. Kekuatan emosinya terletak pada kesedihan dan keputusasaan yang mengalir dalam setiap bait, mencerminkan krisis peradaban yang kita hadapi saat ini. Namun, meski bahasa yang digunakan cukup puitis, terkadang terdapat nuansa repetitif yang sedikit mengurangi keindahan keseluruhan. Ide yang diangkat sangat relevan dan orisinal, menggugah pemikiran tentang tanggung jawab manusia terhadap planet ini. Kedalaman makna puisi ini sangat mengesankan, mengajak pembaca untuk merenungkan situasi yang dihadapi dunia saat ini. Namun, elemen kejutan dalam penyampaian mungkin bisa ditingkatkan untuk memberikan dampak yang lebih mendalam. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang kuat dan menggugah pikiran, meski masih memiliki ruang untuk pengembangan lebih lanjut.