Puisi abudalta Berjudul Izin Dulu 6 Bait 16 Baris
a
Izin Dulu
© abudalta
ragam agenda teruk menumpuk
beraneka bersama datang caruk maruk
Pusing...
Pening kepala atas belakangku
napas pendek tersengal berlalu
bukan busung lapar tapi terlalu
kembung...
sebah lemah pusar menggelembung
seperti angan angin melambung
sang kuat perkasa pun melemah
si angkuh durjana pun menyerah
pasrah, diam muram tiada arah
banyak orang serasa sendiri
bermacam versi serasa satu kategori
ke arah friksi
-Juni 2021-
Puisi “Izin Dulu” menciptakan gambaran yang kuat tentang perasaan kesulitan dan kelelahan yang dialami oleh individu di tengah rutinitas sehari-hari. Penggunaan bahasa yang lugas namun padat membawa pembaca ke dalam suasana yang penuh tekanan. Frasa-frasa seperti “napas pendek tersengal” dan “sebuh lemah pusar menggelembung” memberikan nuansa fisik yang mendalam, seolah-olah kita dapat merasakan beban yang dihadapi. Namun, meski puisi ini kaya akan kiasan dan simbolisme, beberapa bagian terasa agak kabur dan dapat membingungkan pembaca. Meskipun demikian, keaslian ide yang diangkat dan cara penyampaian yang unik membuatnya tetap menarik. Kedalaman makna yang dihadirkan sangat relevan dengan kondisi sosial saat ini, di mana banyak orang merasa terasing meski berada di tengah keramaian. Elemen kejutan dalam puisi ini, meskipun tidak eksplisit, tersimpan dalam transisi dari perasaan berat menuju pengakuan akan ketidakberdayaan. Secara keseluruhan, puisi ini meninggalkan kesan mendalam dan mengajak pembaca untuk merenung tentang realitas kehidupan yang sering kali terasa menyesakkan.