Puisi Mohamad Taufiqurrakhman Berjudul Cermin 23 Bait 23 Baris
Cermin
Percaya akan dimensi lain dibalik cermin ?
Anggap saja bila "kehidupan itu" ada
Saat berhadapan dengan sebuah cermin
Maka kita sedang melihat menembus dimensi lain
Dimensi berbeda dengan kesamaan identik
Lihat mata lalu saling bertatapan
Sentuhkan ujung jari dan lihat bagaimana ini tersambung
Namun, bersentuhan disini berarti semu
Karena pikiran kita akan sama persis
Dengan pikiran dia, kita yang disana
Mungkin terkadang ingin bergerak lebih cepat darinya
Tetap saja tidak bisa
Sekali lagi,
Karena pikiran kita akan sama persis
Dengan pikiran dia, kita yang disana
Padahal hanya dipisahkan oleh sebuah material kaca
Bernama cermin
Dan satu lagi
Bagi kita, dialah yang mengikuti kita
Tetapi bagi dia, kitalah yang mengikuti dia
Tetapi bagi mereka, kitalah yang mengikuti mereka
Saat masih percaya akan hal di atas
Jadi sebenarnya siapa yang hidup ?
Puisi “Cermin” mengajak pembaca untuk merenungkan tentang konsep diri dan eksistensi melalui metafora cermin yang sangat kuat. Penulis berhasil menciptakan suasana yang mendalam, memaksa kita untuk mempertanyakan realitas dan identitas kita sendiri. Penggunaan repetisi dalam frasa ‘Karena pikiran kita akan sama persis’ menciptakan ritme yang menekankan ide keterhubungan antara dua dimensi yang berbeda, meskipun ada batasan fisik. Namun, meskipun ide ini menarik dan penuh potensi, ada kalanya penjelasan terasa berulang dan dapat mengganggu alur pembaca. Dari segi bahasa, ada keindahan dalam kesederhanaan yang digunakan, tetapi beberapa bagian mungkin dapat lebih diperhalus untuk meningkatkan daya tarik estetikanya. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menciptakan refleksi yang mendalam, meskipun dengan beberapa kekurangan dalam penyampaian. Saya menyarankan penulis untuk terus mengembangkan gayanya dan mengeksplorasi lebih jauh tema-tema yang ada.