Puisi Sitjar Berjudul KISARAN 1 Bait 16 Baris
S
KISARAN
© Sitjar
Ini bukan soal cinta....
Ini kisah dari Lubuk Kisaran ..
Cerita Laksamana yang tak tahu arah ..
Mengaku saudara jika dia rasa perlu ..
Terlahir rendah adalah kekuranganku ..
Mencoba untuk mengalah demi silaksamana ..
Mungkin ..
Bagaimana dengan ketinggianmu ?
Terlalu tinggi aku tak tahu kapan turun nya ...
Laksamana ...
Dengarkan suara saudaramu ...
Tuntutlah kami dengan ilmu ..
Tapi kenapa?? Kau malah memberi Amarah..
Ingat...Masa lampau mu..
Ingatkah engkau wahai laksamana siapa yang menjengukmu ..
Aku...tidak perlu arahmu.. Jika kau anggap Serendah itu ..
Puisi berjudul “KISARAN” ini menyuguhkan sebuah narasi yang sangat menarik melalui lirik yang sederhana namun sarat makna. Penggunaan istilah ‘Laksamana’ sebagai simbol kekuasaan dan harapan, sementara ‘saudara’ mewakili kerentanan dan kedekatan emosional, menciptakan dinamika yang kuat antara dua entitas tersebut. Kekuatan emosi dalam puisi ini terlihat jelas, terutama dalam ungkapan kerinduan dan frustrasi yang dihadirkan. Namun, meskipun ada keindahan dalam pilihan kata, ada beberapa bagian yang terasa repetitif, yang sedikit mengurangi keindahan bahasa secara keseluruhan. Keaslian ide puisi ini patut diacungi jempol, karena menggambarkan pertempuran batin antara harapan dan realitas dengan cara yang unik. Kedalaman makna yang tersembunyi di balik lirik-liriknya juga memberi ruang bagi pembaca untuk merenungkan hubungan antara status sosial dan emosi. Terakhir, meskipun ada beberapa elemen kejutan, puisi ini lebih berfokus pada penggambaran emosi daripada twist yang tak terduga. Secara keseluruhan, “KISARAN” adalah karya yang memikat, meski masih ada ruang untuk pengembangan lebih lanjut.