Puisi anonym Berjudul Hari Terakhir 4 Bait 19 Baris
a
Hari Terakhir
© anonym
kasih..
adakah waktu tersisa,,
untukku,,
sedikit saja,,
aku minta darimu,,
hingga hidup ini selesai,,
kau boleh pergi,,
kasih,,
hati ini kering,,
garing,,tak empati,,
dan tak berasa,,
kamu tahu kenapa?
karena aku lupa akan kodratku,,
kodrat manusia,,
aku lupa Tuhanku,,
lupa berkomunikasi denganNya,,
kini Dia pun enggan,,
terimalah permintaanku ini,,
sebagai hadiah terindah di dunia dan di akhirat.
Puisi ‘Hari Terakhir’ menyentuh dengan pergulatan emosional yang mendalam. Penggunaan kata-kata seperti ‘kering’, ‘garing’, dan ‘tak empati’ menciptakan gambaran yang kuat tentang rasa kehilangan dan keterasingan dari diri sendiri dan Tuhan. Ada kejujuran yang menyentuh dalam pengakuan penulis tentang lupa akan kodrat manusia dan hubungan dengan Sang Pencipta. Meskipun demikian, puisi ini cenderung terjebak dalam repetisi frasa yang bisa membuat pembaca merasa monoton. Dalam hal keindahan bahasa, ada potensi yang belum sepenuhnya tergali; beberapa pilihan kata terasa sederhana, dan bisa lebih diperkaya dengan imaji yang lebih kuat. Namun, keaslian ide puisi ini jelas, karena ia berbicara tentang pengalaman spiritual yang banyak dialami orang. Kedalaman makna pun terasa, meski dapat lebih dieksplorasi untuk memberikan lapisan yang lebih dalam. Elemen kejutan, di sisi lain, agak kurang terasa, karena alur puisi mengikuti pola yang dapat diprediksi. Secara keseluruhan, puisi ini adalah refleksi yang tulus, meski ada ruang untuk pengembangan lebih lanjut.