Puisi Fiqryghifary Berjudul Hai manisku 7 Bait 8 Baris
F
Hai manisku
© Fiqryghifary
Hai manisku..
Pagi ini aku terbangun dibelaian lembut kabut tebal yang turun dari puncak gunung itu.
Apa kabar dirimu sayangku?
Apakah kau merasakan rindu yang perlahan menusuk kedalam sumsum tulang belakang seperti dinginnya pagi hari ini yang kurasakan?
Bisakah kau datang sejenak memberikanku sentuhan hangat meskipun itu hanya ilusiku semata?
Manisku kemarilah aku ingin berdansa mesra denganmu diantara kabut ini.
Meleburkan rindu yang terus menderu
Hingga kita perlahan memudar bermandikan cahaya mentari
Puisi “Hai manisku” menyuguhkan sebuah perjalanan emosional yang kuat dan puitis. Penyair berhasil membangkitkan nuansa rindu yang mendalam melalui penggunaan imaji alam yang berkesan, seperti kabut dan pagi hari yang dingin. Penggambaran perasaan rindu yang menusuk hingga ke sumsum tulang memberikan kedalaman yang luar biasa, membuat pembaca merasakan betapa menyedihkannya kehilangan yang dialami. Namun, di balik kesedihan tersebut, tersimpan harapan untuk sejenak bertemu, meskipun hanya dalam ilusi. Hal ini memberikan sentuhan manis yang kontras dengan kerinduan yang mendalam. Dari segi bahasa, penyair menggunakan pilihan kata yang indah dan melodius, menciptakan ritme yang harmonis dan enak dibaca. Namun, meskipun ide tentang rindu dan ilusi bukanlah tema yang baru, penyampaian yang personal dan emosional membuatnya terasa segar. Kelemahan mungkin terletak pada kurangnya elemen kejutan yang mengubah arah pemikiran, yang bisa memperkaya narasi. Secara keseluruhan, puisi ini menawarkan pengalaman yang menyentuh dan menggugah, meskipun ada ruang untuk eksplorasi yang lebih dalam di masa mendatang.