Ikhlas
…
Puisi 8 Baris bergambar di atas berjudul Ikhlas karya Maulindar Ayu Kurniasari
Rumpun arus menderu
Menyanyi pada rintih keluh
Terisak tanya dalam liang luka
Tanpa jari penunjuk arah
Bisu ku terpaku…
Renta ku merapuh…
Terambing ku tak tentu…
Tanpa agama, nol jiwaku.
Saat ku buat orang tuaku bangga..
Tapi nyatanya..
Separuh rasaku tersiksa..
Saat kulihat bidadariku terluka..
Wahai bulan purnama
Janganlah berurai air mata
Jangan biarkan pesona senyumu tiada
Karena kau buatku tak berdaya
Aku bukan cerita
Aku bukan manusia
Bahagia hanya sebuah nama
Cinta adalah penguasa
Bila masih ada waktu
Ingin lagi aku bertemu
Mencari titik waktu dulu
Yang masih terhalang waktu
Seakan dunia sedang tertawa
tergelitik oleh tingkah manusia
sujud punya makna jumawa
zalim kian lazim dan biasa
Maka bumi berguncang manasuka
setelah adil berdiri, cahayanya mati terlindas dusta
Tepat saat itu terjadi,
hari berhenti lalu menyucikan diri
Untuk bisa menginjakkan kaki ke bulan,
Aku harus jadi astronot
Untuk bisa mengeliling dunia,
aku harus jadi pilot
untuk menjadi orng sukses,
aku harus jadi orang yang rajin
Namun untuk mendapatkan mu,
aku harus jadi diriku sendiri
Kalau saja Bram Stoker orang Indonesia di jaman kini
inspirasi drakula adalah mereka para kelelawar berdasi
menghisap darah sesama
menyedot kering harga diri keluarga
Bagaimanapun juga mereka makhluk nokturnal bertopeng sahaja
penjara tak membuat mereka jera atau menyerah
kelelawar berdasi bukan manusia yang makan nasi
Ku pikir..
Bahagia sudah ku raih..
Tapi ku jatuh lagi karena ketidakpastian..
Tuhan..
Jangan biarkan debu halangi langkahku..
Jangan biarkan angin bawa mimpiku..
Biarkan aku rengkuh banggaku..
Agar mamak dan bapak tersenyum haru..
Pada mimpi yang telah pergi
Kau lipat janji
Pada hati yang menanti
Kau hapus jejak kaki
Dan di jalan-jalan kerinduan melegam kenangan
Tak ada harus dipertanyakan
Karena kita telah terbiasa menelan kepahitan
Karena sakit hari ini adalah katarsis sunyi esok hari.
Kita tak pernah beraksa.
Hanya saja,kita tak sering bersua.
Walau wajahmu hanya akara.
Itu cukup tuk membuat dewana.
Anca tak pernah berhenti.
Dan hati,tak pernah berlari.
Semoga kita lekas bertemu,
walau aksa menjadikannya semu.
Dalam doa malam;
Kau menjelma denyut-denyut jantungku
Yang dengan sabar bertahan
Terhadap rasa sakit yang entah batasnya
Yang setia mengukir rahasia-rahasia cinta
Yang tak putus-putusnya berima bagi hidupku
Aku mencintaimu, hingga tumbuh sebuah rindu
Itu sebabnya, aku tak pernah usai merapal doa untukmu
Merindukanmu di pukul tiga pagi
Efek sakit hati
Tak terlelap, tetap terjaga
Merenung tentang hal lama
Tak pernah aku sangka jika dampaknya sebesar ini
Ternyata membencimu itu hal yang mustahil aku lakukan
Hingga detik ini
Membencimu masih menjadi usaha sia-sia yang aku lakukan
Sejak tabung sinar katoda
sihir telah bersentuhan dengan dunia
sinarnya merusakmu, tentu saja
turut mengubah perilakumu
Kini kau menyentuhnya
menggesernya ke kanan dan kiri
seolah kalian berinteraksi, padahal hanya
kau yang terpedaya sinar dan sihirnya
Kebisuan langit malam
Lebih baik dari harapan yang kau pendam diam diam
Gemuruh diatas awan
Lebih baik dari gumpalan angan diperhatiakn balik olehnya
Jantung mungil ini terus berderu
Merasa perih saat tatapan itu hanya meninggalkan siluet di kertas biru
Dibalik jemari langsat ini beribu tisu...
Terkadang..Hati ini rindu pada seseorang yang mau mengisinya.
Selalu setia merawat dan menjaganya.
Terkadang rasa cmburu ada,
ketika melihat orang lain yang dapat menikmati indah cinta mereka.
Sebersit tanya terkadang muncul menggoda.
Kapan ku bisa dapat cinta seperti mereka.
Ini hanya kejujuran yang coba menafikan...
Apa itu dirinya panca indra keharmonisan kesan kekuasaan serta merta cerita dalam derita.
Cerpen tulisan singkat kutuliskan didirinya bahkan naskahpun tak terbaca.
Adakah ilalang yang masih tumbuh menjulang hadirlah sang pemenang.
–
Pemenang yang menenang bukan pemenang yang menantang tetapi lebih kepenyayang.
Dirinya ada dan sosok jiwanya dilatih apakah...
Seorang dara yang memiliki paras cantik
Ukir alis yang jelantik
Tubuh molek bak lebah kemit
Dialah yang ku panggil ibu
Sebuah geguritan tentang secarik rasa
Mengaksa dalam harap yang tak kunjung menjadi fakta
Sehelai selendang batik yang menjadi saksi segala usaha
Trenggalek,1 Oktober 2021
Kurasa suka ku telah berganti
Rasa ku juga mendadak mati
Kau menjadi sosok misteri
Bak teka teki
Tidak seperti awal berjumpa
Kini perjalanan menjadi hampa
Kasih tak lagi ada
Antara kita sudah hilang asa
Tentang malam…
Merangkai aksara kesunyian..
Silir silir merambai daun daun rerantingan
Lekap kilap Gema gemintang…
Mendesaukan Jenggala arca purnama..
Tentang malam…
Tentang seseorang…
Tentang yang tersayang…
Berpegang teguh pada mimpi
Karena jika mimpi mati
Hidup seperti burung yang patah sayapnya
Yang tidak bisa terbang.
Berpegang teguhlah mimpi mu
Karena ketika mimpi pergi
Hidup seperti tanah yang tandus
Dibekukan oleh salju.
Tanpa kau minta
Aku suguhkan raga
Tanpa kau minta
Aku hidangkan jiwa
Tanpa kau minta
Aku sajikan asmaraloka
Tanpa kau iba tiada kau memeka
Malah kau minta asa-ku dipusara
Aku berjalan menyusuri lorong-lorong gelap nan sempit, dimana aku memiliki mata tapi tak bisa melihat.
Dalam setiap jejak rasa hampa merayap, seperti bayang yang tak pernah kutangkap.
Aku…. merasa kalah.
Di puncak bukit terjal aku berdiri, ke setiap sudutnya kutertatih mencari arah.
Turunan yang kutemui hanyalah...
Apa kiranya jadi lirik sajakku, keluhku,
Sekali lagi , rintik hujan menambah kalbu berkabut naluriku,
Apa salah alam kalau hendak ia menyapa hari?
Menyiram harapan di tanah hampa tanpa sajak,
Teruslah bertanya wahai jiwa,
Sebab engkau tak betepi, bagai samudera tanpa batas,
Cukupkan hati...
Kerinduan ini kian membelenggu
Ketika hanya suara yang mampu terdengar
Ketika hanya ketikan yang mampu mengutarakan
Tanpa adanya pertemuan
Bukan tentang kilometer jarak
Tapi perihal detik waktu
Memupuk rasa ingin temu
Menjadi sebuah sajak rindu
Ditengah kesunyian malam, dibawah rintik hujan yang datang.
Kemudian diriku mulai bertanya, mampu kah diriku ini untuk mengikhlaskan yang telah hilang?.
Hari demi hari telah terlalui dengan segala keresahan hati yang tiada henti.
Resah hati yang semakin datang berganti, antara memiliki atau melepaskan diri dari sang pujaan...