Puisi Aditya Berjudul Bintang Paling Terang 1 Bait 12 Baris
A
Bintang Paling Terang
© Aditya
Gemericik hujan terus berbisik
Menuntun mata jelajahi langit
Nafas malam bersolek asik
Sang rembulan bersiap menggigit
Langkah kaki mulai menjerit
Ingin berduaan dengan nona cantik
Penghuni langit menyambut genit
Akal mulai terdistorsi pelik
Mata hati serukan polemik
Langit malam tak lagi fanatik
Karena sinarmu terpancar eksplisit
Hingga tatapan terbang mengorbit
Puisi ‘Bintang Paling Terang’ menawarkan keindahan yang megah dalam gambaran malam yang sarat emosi. Penulis dengan mahir menyuguhkan nuansa hujan yang gemericik, seolah mengajak pembaca merasakan kedamaian sekaligus kerinduan. Kata-kata seperti ‘nafas malam bersolek asik’ dan ‘rembulan bersiap menggigit’ memperlihatkan imajinasi yang kaya, menciptakan visualisasi yang kuat. Penggunaan istilah ‘akalan’ dan ‘polemik’ menambah kedalaman makna, menunjukkan bahwa perasaan yang dihadapi tidaklah sederhana. Meskipun demikian, ada beberapa ungkapan yang terasa agak klise, sehingga sedikit mengurangi kesegaran ide. Namun, elemen kejutan muncul di bagian akhir, saat sinar dari sang bintang menjadi simbol harapan dan cinta yang tak terduga. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyentuh perasaan dan menggugah imajinasi, meski masih ada ruang untuk eksplorasi lebih lanjut dalam keaslian ide.