Puisi Berjudul Hai, Para Pendebah dan Segala Rencana Kotornya 1 Bait 22 Baris
Hai, Para Pendebah dan Segala Rencana Kotornya
Hai, pendebah.
Aku lahir disini. Di tengah-tengah kabut hitam legam mengusik riuh jiwaku.
Aku hidup disini. Di antara garis-garis hidup yang karut-marut.
Aku besar disini. Dikelilingi hamba-hamba syaitan yang semakin lama semakin menyembul.
Apa yang kau inginkan?
Di sini hanya ada kegelisahan.
Yang kau lihat adalah puing-puing bekas kekosongan.
Tak ada yang bisa kau cari lagi.
Pendebah.
Sekali menjadi pendebah, tetaplah ia.
Hari ini, di tempat ini.
Air bah akan datang.
Sementara mereka yang beringas.
Tak tahu-menahu akan terjadi malapetaka.
Terjadi, terjadilah.
Yang terjadi pada mereka, musnah.
Mungkinkah ini adalah pertanda.
Nuh tidak lagi ada.
Untuk menyelamatkan kita.
Wahai, pendebah.
Aku hidup disini.
Di dunia yang selamanya tak akan abadi.
Postingan ini memancarkan kegelisahan dan ketidakpastian yang kuat melalui penggunaan bahasa yang intens dan puitis. Penulis berhasil menciptakan atmosfer yang gelap dan memikat, merangsang imajinasi pembaca. Namun, keaslian ide terkadang terasa sedikit klise dengan penggunaan motif-motif yang sudah umum dalam sastra. Meskipun demikian, pesan yang disampaikan tetap menggugah dan memberikan ruang bagi interpretasi yang dalam. Elemen kejutan kurang terasa karena prediktabilitas dalam alur cerita yang sedikit monoton. Secara keseluruhan, postingan ini membangkitkan emosi dan menarik perhatian pembaca dengan kekuatan bahasa dan kedalaman makna yang dimiliki.