Puisi Kerkuak Berjudul Aku pernah menulis puisi 3 Bait 20 Baris
Keaslian Ide
3
Elemen Kejutan
2
Kekuatan Emosi
4
Kedalaman Makna
4
Keindahan Bahasa
3
Score
3.2
1 Voters
K
Aku pernah menulis puisi
© Kerkuak
Aku Pernah menulis puisi
Untuk seseorang yang selalu dihati
Dia yang ingin kupeluk selain ibu
Namun sekarang
Dia telah berpulang
Ke rumah Bapa di surga
Kuwarnai dinding kertas itu
Dengan tinta biru
Pena itu terus memburu
Aksara-aksara bisu
Menjadi bermakna mewakili rindu
Dan tangisan sendu
Dari mataku dan juga mata ibu
Tuhan
Bolehkah aku
Meminta waktu Ayah
Walau hanya sekejap
Saat aku terlelap
Hadirkan dia dalam bunga tidurku
Tuk mengobati pilu
Puisi “Aku Pernah Menulis Puisi” menghadirkan ekspresi emosi yang mendalam melalui liriknya yang sederhana namun menyentuh. Penggunaan metafora seperti ‘dinding kertas’ dan ‘tinta biru’ menciptakan gambaran yang kuat dan menyiratkan kerinduan yang mendalam terhadap sosok yang telah pergi. Rindu yang terlukis dalam bait-baitnya, khususnya saat penulis meminta ‘waktu’ untuk bertemu kembali, menggugah rasa haru dan refleksi dalam diri pembaca. Meski demikian, keindahan bahasa yang disampaikan masih bisa ditingkatkan dengan eksplorasi lebih lanjut terhadap pilihan kata yang lebih puitis dan ritmis. Ide tentang penulisan puisi sebagai sarana untuk mengatasi kehilangan adalah tema yang umum, namun tetap relevan dan dapat menyentuh banyak hati. Kedalaman makna yang dihadirkan cukup kuat, tetapi elemen kejutan dalam puisi ini terasa kurang, karena pembaca dapat memperkirakan arah emosinya. Secara keseluruhan, puisi ini adalah ungkapan yang tulus dari seorang penulis yang berusaha menyampaikan kerinduan sekaligus memperingati sosok yang dicintainya.