Puisi Dimas Eka Ramadhan Berjudul Di Bawah Tangisan Langit Rintik Rintik 4 Bait 16 Baris
D
Di Bawah Tangisan Langit Rintik Rintik
© Dimas Eka Ramadhan
Di bawah tangisan langit rintik-rintik
Payung hidupku telah hilang jauh terpisah
Pasrah disirami bulir air sampai tak berkutik
Gelisah tiada yang meneduhi ragaku yang basah
Di bawah tangisan langit rintik-rintik
Ingin kuputar waktu kembali menuju masa indah
Namun, dentingan jam terus maju berdetik
Hanya menyisakan kenangan silam yang kini punah
Di bawah tangisan langit rintik-rintik
Relung dadaku tersayat menorehkan larat
Ditikam realitas pahit yang amat menggurat
Mengeluhkan berakhirnya lembaran kisah cantik
Di bawah tangisan langit rintik-rintik
Mutiaraku meleleh, tumpah bertitik-titik
Lantam memekikkan lara yang mengusik
Berharap angkasa mendengarnya dengan baik
Puisi “Di Bawah Tangisan Langit Rintik Rintik” menyajikan nuansa mendayu-dayu yang kuat, menggambarkan kesedihan dan kerinduan dengan sangat mengena. Penggunaan metafora ‘tangisan langit’ dan ‘payung hidupku telah hilang’ secara efektif menciptakan citra visual yang kuat, menggambarkan perasaan kehilangan yang mendalam. Rima dan ritme puisi ini juga menambah keindahan dan melodi, membuat pembaca seolah turut merasakan hujan yang turun. Namun, meski puisi ini kaya akan emosi, keaslian ide masih terkesan mengikuti tema yang umum dalam sastra, yaitu kerinduan dan kehilangan. Kedalaman makna puisi ini cukup memuaskan, dengan refleksi tentang waktu dan kenangan yang ditinggalkan. Sayangnya, elemen kejutan dalam puisi ini kurang terasa, karena tema yang diangkat cukup familiar. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyentuh hati, meskipun ada ruang untuk eksplorasi ide yang lebih segar dan inovatif.