Puisi Denza Perdana Berjudul Ada Kamu dan Kebebaskardusan 4 Bait 4 Baris
D
Ada Kamu dan Kebebaskardusan
© Denza Perdana
: Syailendra
Aku hidup di jaman kardus. Jaman sekarang, milik semua orang. Di jaman semua orang ini, para pemimpin terbuat dari plastik, figur panutan bertubuh karet, penegak keadilan adalah besi kokoh tapi berkarat. Mereka menguasai air, angin, matahari, dan memonopoli hujan.
Aku adalah kardus yang terempas karena angin kencang, hancur bila terguyur hujan. Lalu kamu datang, meluncur dengan kencang. Hujan mengguyur tanah tapi kamu terus menerjang, mengajakku meluncur bersama. Kusadari kita adalah manusia yang tahan air. Kita menyatu dalam hujan dan kau membawakan untukku kebebaskardusan.
Inspired from journey to Delegan, Gresik.
Puisi “Ada Kamu dan Kebebaskardusan” mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi sosial yang ada melalui simbolisme yang kuat dan metafora yang cerdas. Penulis menggambarkan kehidupan di era yang penuh dengan kepalsuan dan materialisme, di mana para pemimpin digambarkan sebagai entitas yang tidak nyata. Kekuatan emosi dalam puisi ini sangat terasa, terutama saat penulis menggambarkan pengalaman pribadi yang melibatkan kebersamaan dan harapan di tengah kesulitan. Bahasa yang digunakan sangat kaya dan imajinatif, meski terkadang ada nuansa kekakuan dalam penyampaian yang bisa lebih mengalir. Ide tentang ‘kebebaskardusan’ adalah sebuah konsep yang unik, membawa kedalaman yang menarik untuk dieksplorasi lebih jauh. Makna di balik simbol kardus dan hujan menciptakan lapisan yang mendalam, mengajak pembaca untuk memahami konsep ketahanan dan persatuan. Namun, elemen kejutan dalam puisi ini belum sepenuhnya maksimal, meski tetap memberikan kejutan yang manis di akhir. Secara keseluruhan, puisi ini tampil dengan baik, menyampaikan pesan yang relevan dengan keindahan bahasa yang memikat, meski masih ada ruang untuk pengembangan lebih lanjut.