Puisi Yava Berjudul Bisikan Retak 7 Bait 26 Baris

Kekuatan Emosi
5
Keindahan Bahasa
4
Keaslian Ide
4
Kedalaman Makna
5
Elemen Kejutan
4
Score
4.4
1 Voters
Puisi 7 Bait 26 Baris Tentang HororDengar Puisi Bacain Puisi Nilai Download Kutipan Komentar
Y

Bisikan Retak

© Yava

diam.
diam.
ada suara. bukan?
bukan. (ya, itu ada—jangan bilang tidak.)

telingaku jatuh ke lantai.
masih mendengar.
tanpa tubuh—tanpa kepala—
masih mendengar.

kau bicara dengan lidahku.
aku bicara dengan gigimu.
gigi menggigit kata, kata menggigit darah,
darah menggigit udara.

(jangan buka mata.)
(aku sudah buka matamu.)

kulitku berjalan duluan.
aku ketinggalan di dalam tulang.
tulang bicara, tulang ketuk—ketuk—ketuk—
ada tamu di dadaku.
ada tamu di dadamu.
ada tamu—
siapa yang undang?!

diam.
diam.
diam.

…tapi bisikan retak itu
tetap mengunyah.


One comment

  1. Kekuatan Emosi
    5
    Keindahan Bahasa
    4
    Keaslian Ide
    4
    Kedalaman Makna
    5
    Elemen Kejutan
    4
    4.4/5
    OVERALL SCORE

    Puisi “Bisikan Retak” memiliki nuansa yang sangat mendalam dan memikat, menciptakan suasana yang penuh ketegangan dan misteri. Melalui pilihan kata yang kuat dan repetisi yang efektif, penyair berhasil menangkap perasaan terjebak dalam kesunyian dan kebisingan batin. Frasa seperti ‘telingaku jatuh ke lantai’ mencerminkan kedalaman pengalaman emosional yang dialami, seolah-olah suara-suara tak terduga merangsek masuk ke dalam kesadaran. Selain itu, penggunaan metafora ‘gigi menggigit kata’ dan ‘darah menggigit udara’ menunjukkan keahlian penyair dalam menciptakan citra yang kuat dan menggugah imajinasi pembaca. Keterhubungan antara tubuh dan suara dalam puisi ini menciptakan pengalaman yang visceral, namun tetap mengundang refleksi tentang komunikasi dan kehadiran. Di sisi lain, meskipun puisi ini sangat kaya akan emosi dan makna, ada kalanya alur yang terlalu abstrak dapat menyulitkan pembaca dalam memahami keseluruhan pesan yang ingin disampaikan. Namun, elemen kejutan di akhir puisi yang menegaskan bahwa ‘bisikan retak itu tetap mengunyah’ meninggalkan kesan mendalam dan mengajak pembaca untuk merenung lebih jauh. Secara keseluruhan, “Bisikan Retak” adalah karya yang patut diapresiasi dan dieksplorasi lebih dalam.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *