Puisi Berjudul Bukan Tentang Duniamu, tapi Aku 1 Bait 27 Baris

Bukan Tentang Duniamu, tapi Aku
Dunia oh dunia…
Terlambat aku merancang dikau..
Tercecah aku di hantam fakta..
Mungkin aku Lelah, bisa jadi aku jengah.
Menjadi budak harta dan juga tahta..
Dunia oh dunia…
Dimanakan engkau menyembunyikan syurga..
Kondisi indah yang selalu di ceritakan dan dipuja..
Bangkitkan aku dari Lelah, sadarkan aku dari jengah.
Tunjukkan aku sekedar kebaikan Sahaja.
Dunia oh dunia…
Kemanakah lagi tawa kebaikan itu terdengar?
Dimanakah lagi dapat ku jumpai senyuman rasionalnya hati Nurani?
Mungkinnya engkau sudah menua terbujur layu menantang matahari.
Dan pada akhirnya para setanpun kini mulai menyeringai Bahagia.
Dunia oh dunia…
Ingatkan kami bagaimana cara menjaga rasa asa.
Pujian Syukur, hadirkan Ikhlas, ya seperti dulu..
Singsingkan hina yang mulai meraja. Pasti…
Putih menjadi hitam, hitam menjadi abu-abu dan abu-abu sejernih putih..
Dan mereka Bahagia (apakah mereka Bahagia?)
Aku mengapung disini, meracau khikmad tentang mereka..
Untuk apa harusnya?. Tidak-tidak.. benahi ragamu, luruskan jiwa mu..
Tetapkan Langkah, bersihkan aswatmu, sekali lagi tanamkan niat..
Dunia akan tetap seperti itu kawan, berputar selalu bergerak tidak mengenal hitam maupun putih.
Jadi, mengalirlah, ikuti sapuan angin itu, mengapunglah pada aliran air itu,
Dan biarkan dunia membawamu tanpa harus mengaturmu..
Puisi “Bukan Tentang Duniamu, tapi Aku” menyuguhkan sebuah refleksi yang mendalam tentang kondisi dunia dan perjuangan individu di dalamnya. Dengan penggunaan repetisi yang efektif, penulis berhasil menggugah emosi pembaca, memunculkan rasa lelah dan jengah yang universal. Pemilihan kata-kata seperti ‘budak harta dan tahta’ dan ‘senyuman rasionalnya hati Nurani’ menunjukkan keindahan bahasa yang berusaha menyampaikan kekacauan batin. Namun, meski ide yang diangkat sangat relevan, sedikit lebih banyak keaslian dalam ekspresi akan meningkatkan daya tarik puisi ini. Kedalaman makna yang terkandung dalam setiap bait cukup kuat, mengajak pembaca untuk merenung tentang kehidupan dan nilai-nilai yang sering terlupakan. Walaupun terdapat elemen kejutan, seperti pergeseran dari harapan menuju keputusasaan, penulis bisa lebih mengeksplorasi hal ini untuk meninggalkan kesan yang lebih mendalam. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil mengajak kita untuk merenungkan posisi kita dalam dunia yang terus berputar, meskipun terdapat ruang untuk pengembangan lebih lanjut.