Puisi Amatulloh Fa Berjudul Harap Hirap 1 Bait 14 Baris
A
Harap Hirap
© Amatulloh Fa
Rasa yang penuh harap kini mulai hirap
Berlayar bersama perahu realita
Sarayu mendayu-dayu
Mengalir mengikuti takdir
Anca-anca menyambut dwi atma
Rasa yang mengambang semakin gamang
Seakan menyuruh sabar atau sadar
Tuan, maaf jika aku menjadi luka bagimu
Bukannya bermaksud tapi, temboknya terlalu tinggi untuk kita lewati
Antara keluarga dan cinta
Dua-duanya sama-sama berharga
Lalu, aku harus bagaimana ketika pilihanku sendiri tidak bisa kupilih?
Hanya bisa terus jalani
Percaya akan ada pelangi setelah badai yang melukai








Puisi “Harap Hirap” menampilkan perjalanan emosional yang kompleks antara harapan dan realitas. Penggunaan kata-kata yang puitis seperti “perahu realita” dan “pelangi setelah badai” mengisyaratkan harapan meski dalam kondisi yang sulit. Penulis berhasil menggambarkan dilema antara cinta dan keluarga dengan sangat mendalam, menciptakan resonansi bagi pembaca yang mungkin mengalami situasi serupa. Namun, meskipun ada keindahan dalam pilihan kata, ada kalanya struktur dan ritme puisi terasa kurang konsisten, yang dapat mengurangi dampak emosional keseluruhan. Di sisi lain, ide yang diusung cukup universal, tetapi tidak sepenuhnya baru, sehingga kurang memberi kejutan di akhir. Meskipun demikian, puisi ini tetap memiliki kekuatan yang layak diapresiasi, terutama dalam mengekspresikan perasaan yang sering kali terabaikan dalam dinamika hubungan. Secara keseluruhan, “Harap Hirap” adalah sebuah karya yang menyentuh dengan potensi untuk lebih berkembang.