Puisi abudalta Berjudul Tunda 6 Bait 19 Baris
a
Tunda
© abudalta
usai duri bunga layu terpetik perihnya sisa peluh
iringi sekilas ratapan tangis yang damba lelap mata
akal tak lagi beri buramnya petuah yang bijaksana
haruskah ku ingkari wangi gejolak rencana dini
mungkinkah aku tanggalkan lusuhnya riak janji hakiki
dapatkah aku endapkan legitnya laras cita nurani
sengaja aku benamkan ukiran coreng terukir di hati
serasa kujajakan setanggung sapa baurkan aksi
usia bangkit
emosi resah
harmoni lebur
logika mati
debu terbang
badai kelabu pergi
cakrawala pelangi sembunyi
Mega kabur
semu sukma hancur
bersama tajam cetusan Guntur
050403
Puisi ini menampilkan kekuatan emosi yang mendalam melalui penggambaran yang penuh perasaan. Namun, keindahan bahasanya terasa sedikit kaku dan terlalu padat, sehingga mengurangi daya tarik estetiknya. Meskipun demikian, ide yang disajikan terasa autentik dan penuh pertanyaan filosofis. Kedalaman makna tersembunyi di balik metafora yang kompleks, memaksa pembaca untuk merenung lebih dalam. Tidak ada elemen kejutan yang mencolok, namun keseluruhan puisi ini berhasil menggugah perasaan dan pikiran.