Puisi anonym Berjudul Tujuh Purnama 3 Bait 10 Baris
a
Tujuh Purnama
© anonym
tujuh purnama itu pergi
rinduku tak tertahankan,,
cita dan harapanku pupus,,
hilang dimakan bodoh,,
jangan kau tahu ini,,
diriku begini,,
nanti kau pergi,,
entah kemana,,
hingga nanti kau hadir,,
dalam mimpiku,,
Puisi “Tujuh Purnama” berhasil menggugah perasaan melalui ungkapan kerinduan yang mendalam. Penggunaan frasa ‘tujuh purnama’ sebagai simbol waktu menciptakan kesan lamanya penantian, yang sangat relevan dalam konteks cinta dan kehilangan. Rasa frustrasi dan harapan yang terjalin dalam bait-bait ini mengisyaratkan pertarungan batin yang dialami penyair, menjadikannya sangat relatable bagi banyak pembaca. Namun, penggunaan repetisi yang berlebihan seperti ‘kau pergi’ bisa membuat pembaca merasa terjebak dalam lingkaran yang sama tanpa perkembangan. Secara keseluruhan, puisi ini memiliki keindahan tersendiri, meskipun bisa lebih dieksplorasi dalam hal variasi bahasa untuk memberi nuansa lebih kaya. Meskipun ide dasarnya tentang kerinduan bukanlah hal yang baru, penyampaian emosinya cukup kuat, meskipun elemen kejutan bisa ditingkatkan untuk memberikan dampak yang lebih mendalam. Secara keseluruhan, puisi ini menggugah dan menyentuh, meskipun masih ada ruang untuk peningkatan.