Puisi abudalta Berjudul Bumi Verah 5 Bait 19 Baris

Keaslian Ide
4
Elemen Kejutan
3
Kekuatan Emosi
4
Kedalaman Makna
4
Keindahan Bahasa
4
Score
3.8
1 Voters
Puisi 5 Bait 19 Baris Tentang AlamDengar Puisi Bacain Puisi Nilai Download Kutipan Komentar
a

Bumi Verah

© abudalta

Pagi ini butir-butir air jatuh
Dan benih-benih ku mulai tumbuh
Berapa tanah sudah gersang meradang

Kopi masih terasa pahit
Namun daun-daun terus keluar menyempit
Si gendut yang ku tebas kini sudah muncul tunas
Si tinggi pun tak henti dikerumuni semut dan jamur

Si mekar pun belum memudar
bahkan dia terus mengembang dan mengakar
Menyeruak berontak terus ingin keluar
Siduri coklat kini menghijau dan ingin mendapat sinar

Pagi ini butir-butir air jatuh
Meski sebentar tapi membuatku sembuh
Namun si buah jatuh gelisah
Lalu gugur ke tanah

Asalkan si bonggol terus mekar terus membesar
Hatiku sudah cukup membuatku gemetar
Senang bahagia tiada satupun gusar
Karena bumi cerah


One comment

  1. Keaslian Ide
    4
    Elemen Kejutan
    3
    Kekuatan Emosi
    4
    Kedalaman Makna
    4
    Keindahan Bahasa
    4
    3.8/5
    OVERALL SCORE

    Puisi ‘Bumi Verah’ menggambarkan kehidupan dan pertumbuhan dengan metafora yang kuat, menciptakan aura emosional yang mendalam. Bahasa yang digunakan sederhana tetapi indah, memberikan nuansa keaslian pada ide yang disampaikan. Meskipun terdapat elemen kejutan yang minim, kedalaman makna dalam puisi ini berhasil menginspirasi pembaca.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *