Puisi Wahyu Eka Nurisdiyanto Berjudul Tanpa Makna 3 Bait 13 Baris
W
Tanpa Makna
© Wahyu Eka Nurisdiyanto
"Tanpa Makna"
Oleh: Wahyu Eka Nurisdiyanto
Masih melempar manis senyuman pada hujan bulan November
November yang sendu bertabur syahdu
Kesyahduan gemericik rindu mengekang hujan yang tak kunjung reda
Mereda sesekali, lalu deras kembali
Mengembalikan separuh rasa tanpa makna
Aku menatap pada basah bilik jendela kaca
Berkaca memperjelas logika dalam kata
Kataku penuh yakin beriring doa
Doaku penuh harap disaksikan semesta
Semesta bersaksi pada hujan bulan sebelas
Hujan bulan sebelas pertanda tanpa makna
Puisi “Tanpa Makna” karya Wahyu Eka Nurisdiyanto menyajikan nuansa yang sangat puitis, menangkap esensi keindahan dan kesedihan yang sering kali menyelimuti bulan November. Penggunaan bahasa yang lugas namun penuh makna memberikan kedalaman emosional yang kuat, terutama dalam penggambaran hujan yang menjadi simbol kerinduan dan ketidakpastian. Rangkaian kata-kata seperti ‘gemericik rindu’ dan ‘kesyahduan’ menunjukkan keindahan bahasa yang menyentuh hati, meskipun ada momen di mana repetisi frasa ‘tanpa makna’ dapat dianggap mengurangi kejutan. Meskipun ide tentang cinta dan kerinduan yang tidak terbalas mungkin bukan hal yang baru, penggambaran yang intim dan visual membuatnya terasa segar. Secara keseluruhan, puisi ini memberikan pengalaman yang mendalam dan menggugah perasaan. Meskipun ada sedikit ruang untuk pengembangan dalam hal kejutan, kekuatan emosinya sangat terasa, dan keindahan bahasa yang digunakan cukup memikat.