Puisi Robiyatul Matondang Berjudul Rindu di duri kehidupan 1 Bait 1 Baris
R
Rindu di duri kehidupan
© Robiyatul Matondang
Di jalanan kulihat pemburu waktu Di pasar kulihat pemburu uang Di kantoran kulihat pemburu pengakuan Di sekolah kulihat pemburu kurikulum Pagi ini mataku membaca berita Seorang ayah menyudahi ia dan bayinya bersama di dunia dan di akhirat Pagi ini telingaku mendengar cerita Seorang istri melukai dirinya karena terluka menganga perasaan nya Pagi ini hidungku mencium bau busuk air selokan tetangga yang mampet Duhai pagi, harusnya kulalap putih langitmu Kuhirup dalam bau polosmu Kudekap erat pesona anggunmu Kubersamai rindu demimu Kehidupan orang orang di dalamnya, membuatku lupa Jika pagi punya cinta yang hendak ia berikan bagi perindu pagi Sekarang ia berlalu lunglai meninggalkan letih tak berkesudahan
Puisi “Rindu di duri kehidupan” menggambarkan kompleksitas emosi manusia dalam menghadapi kenyataan hidup yang keras. Penyair dengan mahir memadukan pandangan yang tajam terhadap masyarakat dengan sentuhan personal yang kuat. Gaya bahasa yang digunakan terkesan sederhana namun memiliki kedalaman, menciptakan resonansi yang kuat di hati pembaca. Penggambaran berbagai ‘pemburu’ dalam kehidupan sehari-hari memberikan gambaran yang jelas tentang kebisingan dan kesibukan dunia modern, sementara kontras antara harapan dan kenyataan diungkapkan dengan indah. Namun, meskipun puisi ini mengandung elemen kejutan dalam penyampaian pesan, ada beberapa bagian yang terasa repetitif dan bisa lebih disempurnakan untuk meningkatkan daya tarik. Secara keseluruhan, puisi ini adalah refleksi yang menyentuh dan menggugah, mengajak kita merenungkan arti dari setiap momen kehidupan yang mungkin kita lewatkan.