Puisi Topan Wahyudi Berjudul Sajak Tubuh Cinta 3 Bait 13 Baris
T
Sajak Tubuh Cinta
© Topan Wahyudi
Hai Kekasih,
10 jemariku menghitung hari.
Mataku memantau selir waktu.
Kakiku menapaki kerinduan.
Otakku melingkari dirimu.
Bibirku membilang namamu.
Hatiku merambah cintamu.
Sekujur tubuhku dilumuri oleh peluk hangatmu.
Yang tak nampak wujudnya.
Namun rasanya mendekap erat.
Adalah rasa yang tak pernah aku bayangkan.
Benih rindu dan cinta ini menelusuk ragaku.
Sampai aku tak tahu bagaimana cara menghilangkan dirimu dalam diriku.
Puisi “Sajak Tubuh Cinta” berhasil membawa pembaca ke dalam jagat emosional yang dalam dan intim. Penggunaan imaji tubuh dan elemen fisik dalam menyampaikan perasaan cinta dan kerinduan sangat efektif, menggambarkan keterikatan yang mendalam antara dua insan. Pengulangan frasa seperti ‘ku menghitung hari’ dan ‘merambah cintamu’ memberikan ritme yang menyentuh, membuat pembaca merasakan detak waktu yang lambat dalam penantian cinta. Namun, meskipun keindahan bahasa yang digunakan cukup memikat, terdapat beberapa ungkapan yang terkesan klise, sehingga mengurangi kesegaran puisi ini. Keaslian ide, meskipun menyentuh tema universal cinta dan kerinduan, terasa familiar dan tidak menawarkan perspektif baru yang mengejutkan. Kedalaman makna yang dihadirkan dalam puisi ini cukup kuat, menciptakan resonansi emosional yang mendalam, meski terkadang terjebak dalam ungkapan yang umum. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang penuh perasaan, tetapi masih memiliki ruang untuk eksplorasi yang lebih mendalam atau perspektif yang lebih unik.