Puisi anonym Berjudul Rumahku 6 Bait 14 Baris
a
Rumahku
© anonym
Rumahku dari unggun-unggun sajak
Kaca jernih dari segala nampak
Kulari dari gedung lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan
Kemah kudirikan ketika senjakala
Dipagi terbang entah kemana
Rumahku dari unggun-unggun sajak
Disini aku berbini dan beranak
Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
jika menagih yang satu
Karya : Chairil Anwar
April 1943
Puisi ‘Rumahku’ karya Chairil Anwar ini, meskipun ditulis pada tahun 1943, tetap mampu menyentuh jiwa pembaca dengan kejujuran dan kedalaman emosinya. Gambarannya tentang rumah bukan sekadar fisik, tetapi lebih kepada rasa dan identitas. Chairil mengajak kita merenungkan arti rumah yang lebih luas, sebagai tempat bernaung dan berkeluarga. Keindahan bahasa yang digunakan, dengan pilihan kata yang kaya dan ritme yang mengalun, menciptakan nuansa yang kuat. Namun, ada juga kesan kesederhanaan dalam ungkapan yang membuatnya mudah dipahami. Ide yang diusung pun memiliki keaslian tersendiri, menggabungkan tema tradisional dengan ekspresi modern yang relevan. Makna yang terkandung dalam bait-baitnya menggugah kita untuk meresapi pengalaman hidup, kehilangan, dan harapan. Elemen kejutan ada dalam cara puisi ini menantang pandangan kita tentang ruang dan waktu, serta bagaimana kita menghubungkan diri dengan tempat yang kita sebut rumah. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang menawan dan menginspirasi, mencerminkan jiwa Chairil Anwar sebagai seorang penyair yang peka terhadap realitas kehidupan.