Puisi I MADE ARISHUDANA Berjudul Celah Kejujuran 5 Bait 20 Baris
I
Celah Kejujuran
© I MADE ARISHUDANA
Di ujung lorong melempar batu,
Tiada kena munculkan dendam,
Mengakar masalah menusuk diri,
Menari lembut diatas dahaga
Lorong itu tak berujung,
Sungguh aneh permalukan hati,
Celah nyata mencekik dunia,
Menopang raga hitam tak berbekas
Jiwa tertanam dalam heningnya waktu,
Menatap lorong akankah nyata,
Lentera yang didamba tersipu malu
Kejujuran hanya ucapan.
Lorong itu tetap tak berujung,
Meringis sakit menahan dengki,
Mulut berbuih menyapa semesta,
Tiada malu muka kembaran
Hahahahaha,
Lorong itu memang tidak berujung,
Untuk apa dipikirkan lagi
Cukup sekian merebahkan diri.
Puisi ‘Celah Kejujuran’ menghadirkan sebuah perjalanan melalui metafora lorong yang tak berujung, memberikan kesan mendalam terhadap pencarian akan kejujuran. Secara emosional, puisi ini cukup berhasil memunculkan perasaan frustrasi dan ketidakpuasan, terutama melalui penggunaan kata-kata seperti ‘dendam’, ‘menusuk’, dan ‘menahan dengki’. Namun, kekuatan emosi bisa lebih ditingkatkan dengan eksplorasi tambahan terhadap perasaan pribadi penulis. Dari segi keindahan bahasa, penggunaan aliterasi dan repetisi memberikan ritme yang menarik, meski terkadang kalimatnya terasa sedikit terlalu padat. Ide mengenai kejujuran yang sulit dicapai bukanlah tema baru, tetapi cara pengejawantahannya melalui gambaran lorong memberikan sentuhan yang segar. Makna dari puisi ini cukup dalam, menggambarkan refleksi terhadap diri dan kejujuran yang terucap tanpa tindakan nyata. Namun, elemen kejutan dalam puisi ini agak kurang terasa, karena alurnya cenderung mengikuti pola yang dapat diprediksi. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang menarik dengan potensi untuk menyentuh lebih banyak hati jika beberapa elemen diperkuat.